Scription

Rabu, 07 September 2011

Karate Bukan Sekedar Adu Fisik

Denny A Karundeng :
Kendari, Kepres - Sebagian orang menganggap olahraga karate sekedar adu atau kontak fisik. Ujung-ujungnya bicara prestasi olahraga. Namun Denny Abram Karundeng memberikan garis pemahaman tersendiri. Shensei Dan VI Inkai itu menegaskan, karate dapat juga membawa seseorang dalam pola hidup sehat.

Penegasan itu dilontarkan dalam acara seminar sehari Inkai Sultra belum lama ini. Seminar bertajuk kesehatan olahraga karate-Do sebagai upaya hidup sehat. " Kalau karate dikatakan olahraga, memang iya olahraga karena didukung beberapa faktor," ungkapnya.

Faktor tadi, lanjutnya, karena ada latihan anggota fisik dan psikis secara berkesinambungan, latihan disiplin dan pemusatan konsentrasi, latihan kecepatan dan sebagainya. Tidak heran seiring perkembangannya karena bukan sekedar lagi olahraga kebugaran, tetapi juga telah menjelma sebagai industri dalam dunia olahraga. Misalnya, penyelenggaraan iven olahraga.

Terkait kesehatan, Ka Binpres Inkai DKI Jakarta ini menambahkan, orang sehat belum tentu bugar atau fit. Untuk dapat disebut fit apabila seseorang mempunyai nilai kesegaran jasmani, kemampuan tubuh beradaptasi terhadap pekerjaan fisik tanpa ada perasaan lelah. " Bila diperiksa dokter mungkin dibilang sehat, tetapi itu sesungguhnya sehat statis namanya," katanya.

Seputar karate sebagai olahraga, tuturnya, sejauh ini ada kecenderungan karateka sudah menyampingkan latihan teknik-teknik dasar dan memilih terlalu dini melakukan jiyu kumite (pertarungan bebas). Obsesi kemenangan dalam pertandingan, kerap mengubah teknik, sistem dan metode latihan secara menyeluruh. Akibatnya ciri khas karate-Do tidak terlihat. " Prilaku cenderung buas dan pamer kekuatan sudah jauh dari esensi karate-Do tersebut. Karate juga menekan sikap hormat pada lawan," terangnya.

Untuk itu, manfaat latihan sangat besar sekali seperti jantung dan enzim tubuh bekerja lebih efesien, badan lebih segar, enak makan, mudah tidur, rasa nyeri dada dan kelelahan hilang, sistem syaraf semakin mantap dan lainnya. " Tetapi ingat sebelum olahraga lakukan warming up atau pemanasan sekitar 10-15 menit dan cold down sesudah latihan," sarannya.

Sementara itu, pasca seminar kesehatan olahraga diadakan latihan penyeragaman dan pemantapan gerakan seni bela diri yang di aula Korem Haluoleo Kendari.
"Karate-do inkai tidak hanya menjalani latihan komite (seni bela diri red), namun perguruan ini juga telah memprogramkan seminar kesehatan, " tutur H Arifin Khanna, pelatih Inkai, waktu lalu.

Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya para karate-do meningkatkan kesegaran (kebugaran red) jasmani dan rohani untuk mewujudkan hidup sehat, meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan meningkatkan produktivitas kerja.
Setelah menggelar seminar kesehatan, perguruan ini kembali melanjutkan latihan penyeragaman gerakan karate-do. " Latihan penyeragaman tersebut untuk mempelajari tehnik-tehnik dasar karate-do sebagai seni olahraga bela diri, " tuturnya.
"Program latihan penyeragaman dan pemantapan gerakan ini pula untuk bekal dalam mengikuti ivent kejuaraan selanjutnya, " bebernya. M3/B/MUR
Sumber:kendariEkspress

Sikap Kita Setelah Ramadhan

Penulis : Muhammad al-Jabiri
Terjemah : Muhammad Iqbal Ghazali
Editor : Eko Abu Ziyad

Wahai saudaraku, berikut ini adalah beberapa sikap setelah Ramadhan berlalu

Sikap pertama:
Hari-hari Ramadhan telah berlalu dan malam-malamnya telah pergi
Ramadhan telah selesai dan pergi untuk kembali lagi di tahun depan. Ramadhan telah berlalu, bulan puasa dan shalat malam, bulan ampunan dan rahmat.

Ramadhan telah berlalu, seolah-olah ia tidak ada.
Wahai Ramadhan, apakah amal ibadah yang kusimpan padamu, apakah yang telah kutulis padamu dari rahmat (kasih sayang).
Ramadhan telah berlalu, di hati orang-orang shalih terasa kepedihan yang mendalam dan di dalam jiwa orang-orang abrar bagaikan terbakar.

Bagaimana tidak demikian, pintu-pintu surga ditutup kembali dan pintu-pintu neraka dibuka kembali, serta jin-jin yang nakal dilepas kembali setelah Ramadhan.
Ramadhan telah berlalu, andaikan aku tahu siapakah yang diterima (amal ibadahnya) maka kami memberikan ucapan selamat kepadanya, dan siapakah yang ditolak (amal ibadahnya) maka kami mengucapkan ta'ziyah kepadanya.

Ramadhan telah berlalu, bagaimana setelah Ramadhan?
Salafus shahih dari umat ini menjalani kehidupan di antara rasa takut dan harap.
Mereka bersungguh-sungguh dalam beribadah, maka apabila (Ramadhan) telah berlalu, salah seorang dari mereka merasakan kesedihan: Apakah Allah menerima hal itu darinya ataukah menolaknya. Inilah keadaan salafus shalih, bagaimanakah keadaan kita?

Demi Allah, sesungguhnya keadaan kita sangat aneh dan mengherankan.
Maka demi Allah, shalat kita tidak seperti shalat mereka, puasa kita tidak seperti puasa mereka, sedakah kita tidak seperti sedakah mereka, dan zikir kita tidak seperti zikir mereka?
Sungguh mereka bersungguh-sungguh dalam beramal, sempurna dan sangat baik. Kemudian setelah (Ramadhan) berlalu, salah seorang dari mereka merasa khawatir Allah tidak menerima amal ibadahnya.

Dan salah seorang dari kita sedikit beribadah, tidak mantap dan tidak sempurna. Kemudian ia berlalu dan kondisinya seolah-olah ia sudah mendapat jaminan diterima dan masuk surga.
Wahai saudaraku, kamu harus hidup di antara rasa khauf (khawatir/takut) dan raja` (berharap). Apabila engkau teringat kekuranganmu dalam puasa dan shalat, engkau merasa khawatir Allah tidak menerima amal ibadahmu. Dan apabila engkau memandang keluasan rahmat Allah, dan sesungguhnya Allah menerima sedikit dan memberi yang banyak atasnya, engkau berharap bahwa Allah menerimamu bersama orang-orang yang diterima.

Sikap kedua:
Sesungguhnya bagi segala sesuatu ada tandanya, dan para ulama menyebutkan bahwa di antara tanda diterimanya amal kebaikan bahwa hamba meneruskannya dengan amal kebaikan lainnya. Maka bagaimana keadaanmu setelah Ramadhan? Apakah engkau telah lulus dari sekolah taqwa di bulan Ramadhan lalu jadilah engkau termasuk orang-orang yang bertaqwa. Apakah engkau telah lulus dari bulan Ramadhan, sedangkan engkau tetap punya semangat untuk terus bertaubat dan istiqamah?

Apakah kondisimu menjadi lebih baik setelah Ramadhan dari pada sebelum Ramadhan?
Jika engkau seperti itu, maka pujilah Allah. Dan jika tidak demikian, maka tangisilah dirimu wahai si miskin, kemungkinan amal ibadahmu tidak diterima, dan bisa jadi engkau termasuk orang-orang terhalang (dari rahmat), sedangkan engkau tidak mengetahui.

Pendirian yang ketiga:
Pembagian manusia setelah Ramadhan:
Setelah Ramadhan, manusia terbagi menjadi beberapa golongan:
Pertama: golongan yang tetap berada di atas kebaikan dan taat, maka tatkala bulan Ramadhan tiba, mereka menyingsingkan lengan baju mereka, melipat gandakan kesungguhan mereka, dan menjadikan Ramadhan sebagai ghanimah Rabbaniyah (harta rampasan perang karunia Allah) dan pemberian ilahiyah, memperbanyak kebaikan, menyongsong rahmat, menyusul yang terlewati, semoga ia mendapatkan anugerah. Maka tidaklah Ramadhan berlalu kecuali mereka telah memperoleh bekal yang besar, kedudukan mereka menjadi tinggi di sisi Allah, kedudukan mereka bertambah tinggi di surga dan semakin jauh dari neraka.

Mereka menyadari bahwa tidak ada acara santai bagi mereka kecuali di bahwa pohon thuba (surga), maka mereka mengerahkan jiwa ini di dalam taat.
Mereka menyadari sesungguhnya amal shalih tidak hanya terbatas di bulan Ramadhan, maka kamu tidak melihat mereka kecuali puasa satu kaum. Mereka selalu puasa enam hari di bulan Syawal, puasa hari Kamis dan Senin serta pada hari-hari putih. Air mata selalu membasahi pipi mereka di tengah malam, dan di waktu sahur istighfar mereka melebihi orang-orang yang penuh dosa. Mereka hidup di antara rasa khauf (khawatir/takut) dan raja` (mengharap), dan kondisi mereka adalah seperti yang difirmankan Allah S.W.T:
وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَا آتوا وَقُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُوْنَ
(Dan orang-orang yang memberikan apa yang mereka …dan hati mereka selalu merasa takut bahwa mereka akan kembali kepada Rabb-mereka).

Dan di dalam as-Sunan, dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata: 'Rasulullah membaca ayat ini, lalu aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah mereka orang-orang yang mencuri, berzinah, meminum arak, dan mereka takut kepada Allah.' Rasulullah bersabda:
لاَ يَابْنَةَ الصَّدِّيْقِ, وَلكِنَّهُمْ قَوْمٌ يُصَلُّوْنَ وَيَصُوْمُوْنَ وَيَتَصَدَّقُوْنَ وَيَخَافُوْنَ أَنْ يَرُدَّ اللهُ عَلَيْهِمْ ذلِكَ.
'Tidak wahai putri ash-Shiddiq, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang selalu puasa, shalat, bersedakah, dan merasa takut Allah tidak menerima semua itu.'
Merekalah orang-orang yang diterima. Merekalah orang-orang yang terdahulu (Sabiquun). Merekalah orang-orang yang memerdekakan jiwa mereka dan putih catatan amal ibadah mereka. Maka sangatlah beruntung, kemudian sangat beruntung bagi mereka.

Kedua: golongan kedua: Golongan yang sebelum Ramadhan berada dalam kelalaian, lupa, dan bermain. Maka tatkala tiba bulan Ramadhan, mereka tekun beribadah, puasa dan shalat, membaca al-Qur`an, bersedekah, air mata mereka berlinang, dan hati mereka khusyu', akan tetapi setelah Ramadhan berlalu mereka kembali seperti semula, kembali kepada kelupaan mereka, kembali kepada dosa mereka.
Maka kita katakan kepada mereka:
Barangsiapa yang menyembah Ramadhan maka Ramadhan lebih mati dan barangsiapa yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tidak pernah mati. Sesungguhnya Yang menyuruhmu beribadah di bulan Ramadhan Dia-lah yang menyuruhmu beribadah di luar bulan Ramadhan.

Wahai hamba Allah:
Wahai orang yang kembali kepada dosa-dosamu, maksiatmu, dan kelalaianmu: perlahanlah sebentar, berfirlah sejenak.
Bagaimana engkau kembali kepada keburukan, dan bisa jadi Allah telah membersihkan engkau darinya.
Bagaimana engkau kembali kepada perbuatan maksiat, kemungkinan Allah telah menghapusnya dari catatan amal perbuatanmu.

Wahai hamba Allah:
Apakah Allah memerdekakan engkau dari neraka lalu engkau kembali kepadanya. apakah Allah memutihkan catatan amalmu dari segala dosa dan engkau kembali menodainya?

Wahai hamba Allah:
andaikan engkau mengetahui, maksiat apakah yang engkau terjerumus di dalamnya. andaikan engkau mengetahui, bala apakah yang menimpamu. Sungguh telah mengganti kedekatakan menjadi jauh, kecintaan menjadi kebencian.

Wahai hamba Allah:
Hati-hatilah, janganlah engkau menjadi seperti wanita yang menghancurkan tenunannya setelah menjadi kuat.
Janganlah engkau menghancurkan sesuatu yang telah engkau bangun. Janganlah engkau menodai sesuatu yang telah engkau putihkan. Janganlah engkau kembali kepada kelupaan dan maksiat. Demi Allah, sesungguhnya engkau tidak membahayakan kecuali kepada dirimu sendiri.

Wahai hamba Allah, sesungguhnya engkau tidak mengetahui kapan engkau meninggal dunia, engkau tidak mengetahui kapan engkau meninggalkan dunia.
Maka hati-hatilah bahwa kematian mendatangimu, sedangkan engkau telah kembali kepada perbuatan dosa dan maksiat. Ingatlah:
إِنَّ اللهَ لاَيُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتىَّ يُغَيِّرُوْا مَا بِأَنْفِسِهِمْ
(Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah apa yang ada pada diri mereka).
Maka rubahlah keadaanmu, tinggalkanlah dosa-dosamu, menghadaplah kepada Rabb-mu sehingga Allah menghadap kepadamu.

Ketiga: golongan ketiga: golongan yang datang dan perginya Ramadhan, kondisi mereka sama seperti keadaan mereka sebelumnya. Tidak ada sesuatu pun yang berubah dari mereka. Tidak ada perkara yang berganti. Bahkan, kemungkinan dosa mereka bertambah, kesalahan mereka menjadi lebih besar, catatan amal mereka bertambah hitam, dan leher mereka bertambah menyala ke neraka. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar merugi. Mereka hidup seperti kehidupan binatang. Mereka tidak mengenal untuk apa mereka diciptakan, terlebih-lebih mengenal kebesaran dan kehormatan Ramadhan. Sungguh, aku mendengar demi Allah salah seorang dari mereka bersenang-senang dan terang-terangan tidak puasa di siang hari bulan Ramadhan.

Untuk golongan seperti ini tidak ada daya kecuali mendoakan mereka agar bertaubat yang nashuh, taubat yang tulus, dan barang siapa yang bertaubat niscaya Allah menerima taubatnya.

Wahai saudaraku, berikut ini beberapa ungkapan salafus shalih dari umat ini, demi Allah, sesungguhnya ucapan mereka sedikit akan tetapi menghidupkan hati. Abu Darda` berkata: 'Jika salah seorang darimu ingin melakukan safar, bukanlah ia mencari bekal yang cukup untuknya? Mereka menjawab: Tentu. Ia berkata: 'Safar di hari kiamat lebih jauh, maka ambillah yang pantas untukmu. Berhajilah untuk perkara-perkara besar. Berpuasalah di satu hari yang panasnya yang luar biasa untuk panasnya di hari dikumpulkan (hari kiamat). Shalatlah dua rekaat di kegelapan malam untuk bekal di kegelapan kubur. Sedakahlah secara rahasia untuk hari yang berat.'

Al-Hasanul Bashri berkata: Sesungguhnya Allah menjadikan Ramadhan sebagai arena pertandingan untuk makhluk-Nya, mereka saling berlomba padanya untuk taat kepadanya, maka satu kaum mendahului maka mereka menang, dan yang lain ketinggalan maka mereka rugi. Maka sangat mengherankan pemain yang tertawa di hari yang menang padanya orang-orang yang berbuat baik dan merugi orang-orang yang berbuat batil.'

Ya Allah, jadikanlah apa yang kami katakan sebagai hujjah untuk kami, bukan sebagai malapetaka atas kami.
sumber: islam-house.com

Senin, 29 Agustus 2011

Meraih Kemenangan di Bulan Ramadhan

Penyusun : Redaktur Assalafy.org
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

Tiba saatnya kaum muslimim menyambut tamu agung bulan Ramadhan, tamu yang dinanti-nanti dan dirindukan kedatangannya. Sebentar lagi tamu itu akan bertemu dengan kita. Tamu yang membawa berkah yang berlimpah ruah. Tamu bulan Ramadhan adalah tamu agung, yang semestinya kita bergembira dengan kedatangannya dan merpersiapkan untuk menyambutnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad), dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaknya dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa mereka yang kumpulkan (dari harta benda). (Yunus: 58)

Yang dimaksud dengan “karunia Allah” pada ayat di atas adalah Al-Qur’anul Karim (Lihat Tafsir As Sa’di).

Bulan Ramadhan dinamakan juga dengan Syahrul Qur’an (Bulan Al Qur’an). Karena Al-Qur’an diturunkan pada bulan tersebut dan pada setiap malamnya Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam untuk mengajari Al-Qur’an kepada beliau. Bulan Ramadhan dengan segala keberkahannya merupakan rahmat dari Allah. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu lebih baik dan lebih berharga dari segala perhiasan dunia.

‘Ulama Ahli Tafsir terkemuka Al-Imam As-Sa’di rahimahullah berkata dalam tafsirnya: “Bahwasannya Allah memerintahkan untuk bergembira atas karunia Allah dan rahmat-Nya karena itu akan melapangkan jiwa, menumbuhkan semangat, mewujudkan rasa syukur kepada Allah, dan akan mengokohkan jiwa, serta menguatkan keinginan dalam berilmu dan beriman, yang mendorang semakin bertambahnya karunia dan rahmat (dari Allah). Ini adalah kegembiraan yang terpuji. Berbeda halnya dengan gembira karena syahwat duniawi dan kelezatannya atau gembira diatas kebatilan, maka itu adalah kegimbiraan yang tercela. Sebagaimana Allah berfirman tentang Qarun,

“Janganlah kamu terlalu bangga, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang membanggakan diri.” (Al Qashash: 76)

Karunia dan rahmat Allah berupa bulan Ramadhan juga patut untuk kita sampaikan dan kita sebarkan kepada saudara-saudara kita kaum muslimin. Agar mereka menyadarinya dan turut bergembira atas limpahan karunia dan rahmat dari Allah. Allah berfirman :
“Dan terhadap nikmat dari Rabb-Mu hendaklah kamu menyebut-nyebutnya.” Adh-Dhuha: 11

Dengan menyebut-nyebut nikmat Allah akan mendorong untuk mensyukurinya dan menumbuhkan kecintaan kepada Dzat yang melimpahkan nikmat atasnya. Karena hati itu selalu condong untuk mencintai siapa yang telah berbuat baik kepadanya.

Para pembaca yang mulia, ….

Maka sudah sepantasnya seorang muslim benar-benar menyiapkan diri untuk menyambut bulan yang penuh barakah itu, yaitu menyiapkan iman, niat ikhlash, dan hati yang bersih, di samping persiapan fisik.

Ramadhan adalan bulan suci yang penuh rahmat dan barakah. Allah Subhanahu wa Ta’ala membuka pintu-pintu Al-Jannah (surga), menutup pintu-pintu neraka, dan membelenggu syaithan. Allah ‘Azza wa Jalla melipat gandakan amalan shalih yang tidak diketahui kecuali oleh Dia sendiri. Barangsiapa yang menyambutnya dengan sungguh-sungguh, bershaum degan penuh keimanan dan memperbanyak amalan shalih, serta menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang bisa merusak ibadah shaumnya, niscaya Allah ‘Azza wa Jalla akan mengampuni dosa-dosanya dan akan melipatkan gandakan pahalanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berabda:
“Barang siapa yang bershaum dengan penuh keimanan dan harapan (pahala dari Allah), niscaya Allah mengampuni dosa-dosa yang telah lampau.” (Muttafaqun ‘alahi)

Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam juga bersabda :

“Setiap amalan bani Adam akan dilipat gandakan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat, Allah I berfirman: “kecuali ibadah shaum, shaum itu ibadah untuk-Ku dan Aku sendiri yang membalasnya.” (HR. Muslim)

Masih banyak lagi keutamaan dan keberkahan bulan Ramadhan yang belum disebutkan dan tidak cukup untuk disebutkan di sini.

Namun yang terpenting bagi saudara-saudaraku seiman, adalah mensyukuri atas limpahan karunia Allah dan rahmat-Nya. Janganlah nikmat yang besar ini kita nodai dan kita kotori dengan berbagai penyimpangan dan kemaksiatan. Nikmat itu akan semakin bertambah bila kita pandai mensyukurinya dan nikmat itu akan semakin berkurang bahkan bisa sirna bila kita mengkufurinya.

Termasuk sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah, pada bulan yang penuh barakah ini kita ciptakan suasa yang penuh kondusif. Jangan kita nodai dengan perpecahan. Kewajiban kita seorang muslim mengembalikan segala urusan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta kepada para ulama bukan berdasarkan pendapat pribadi atau golongan.

Permasalah yang sering terjadi adalah perbedaan dalam menentukan awal masuknya bulan Ramadhan. Wahai saudara-saudaraku, ingatlah sikap seorang muslim adalah mengembalikan kepada Kitabullah (Al-Qur’an) dan As Sunnah dengan bimbingan para ulama yang terpercaya.

Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam telah menetukan pelaksanaan shaum Ramadhan berdasarkan ru`yatul hilal. Beliau bersabda :
“Bershaumlah kalian berdasarkan ru`yatul hilal dan ber’idul fithrilah kalian berdasarkan ru`yatul hilal. Apabila (hilal) terhalangi atas kalian, maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya’ban menjadi 30 hari.” HR. Al-Bukhari dan Muslim

Nabi Shallallahu ‘alahi wa Sallam juga menentukan pelaksanaan shaum Ramadhan secara kebersamaan. Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam bersabda:
“Shaum itu di hari kalian (umat Islam) bershaum, (waktu) berbuka/beriedul Fitri adalah pada saat kalian berbuka/beriedul Fitri, dan (waktu) berkurban/Iedul Adha di hari kalian berkurban.” (HR. At Tirmidzi dari shahabat Abu Hurairah)

Al-Imam At-Tirmidzi berkata: “Sebagian ahlul ilmi menafsirkan hadits Abu Hurairah di atas

dengan perkataan (mereka), ‘sesungguhnya shaum dan ber’Idul Fitri itu (dilaksanakan) bersama Al-Jama’ah (Pemerintah Muslimin) dan mayoritas umat Islam’.” (Tuhfatul Ahwadzi 2/37)

Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata: “Seseorang (hendaknya) bershaum bersama pemerintah dan jama’ah (mayoritas) umat Islam, baik ketika cuaca cerah ataupun mendung.” Beliau juga berkata: “Tangan Allah bersama Al-Jama’ah.” (Majmu’ Fatawa 25/117)

Al-Imam Abul Hasan As-Sindi berkata: “Yang jelas, makna hadits ini adalah bahwasanya perkara-perkara semacam ini (menentukan pelaksanaan shaum Ramadhan, Iedul Fithri dan Iedul Adha –pen) keputusannya bukanlah di tangan individu, dan tidak ada hak bagi mereka untuk melakukannya sendiri-sendiri. Bahkan permasalahan semacam ini dikembalikan kepada pemerintah dan mayoritas umat Islam, dan dalam hal ini setiap individu pun wajib untuk mengikuti pemerintah dan mayoritas umat Islam. Maka dari itu, jika ada seseorang yang melihat hilal (bulan sabit) namun pemerintah menolak persaksiannya, sudah sepatutnya untuk tidak dianggap persaksian tersebut dan wajib baginya untuk mengikuti mayoritas umat Islam dalam permasalahan itu.” (Ash-Shahihah 2/443)

Menaati pemerintah merupakan prinsip yang harus dijaga oleh umat Islam. Terlebih pemerintah kita telah berupaya menempatkan utusan-utusan pada pos-pos ru’yatul hilal di d berbagai daerah di segenap nusantara ini. Rasulullah saw. bersabda :

“Barangsiapa menaatiku berarti telah menaati Allah, barangsiapa menentangku berarti telah menentang Allah, barangsiapa menaati pemimpin (umat)ku berarti telah menaatiku, dan barang siapa menentang pemimpin (umat)ku berarti telah menentangku.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari shahabat Abu Hurairah)

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata: “Di dalam hadits ini terdapat keterangan tentang kewajiban menaati para pemerintah dalam perkara-perkara yang bukan kemaksiatan. Adapun hikmahnya adalah untuk menjaga persatuan dan kebersamaan (umat Islam), karena di dalam perpecahan terdapat kerusakan.” (Fathul Bari, 13/120).

Sebagai rasa syukur kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala pula hendaklah kita hidupkan bulan yang penuh barakah itu dengan amalan-amalan shalih, amalan-amalan yang ikhlash dan mencocoki sunnah Rasulullah. Kita menjauhkan dari amalan-amalan yang tidak ada contoh dari Rasulullah. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah berwasiat :
“Barangsiapa yang membuat-buat amalan baru dalam agama kami yang bukan bagian darinya, maka perbuatannya tersebut tertolak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga bersabda :

“Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada contoh dari kami, maka amalannya tersebut tertolak.” (HR. Muslim)

Para ‘ulama berkata : “Bahwa hadits merupakan kaidah agung di antara kaidah-kaidah Islam. Ini merupakan salah satu bentuk jawami’ kalim (kalimat singkat namun bermakna luas) yang dimikili oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Hadits ini sangat jelas dalam membatalkan semua bentuk bid’ah dan hal-hal baru yang dibuat dalam agama. Lafazh kedua lebih bersifat umum, karena mencakup semua orang yang mengamalkan bid’ah, walaupun pembuatnya orang lain.”

Termasuk perbuatan yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah perbuatan yang banyak dilakukan oleh kaum muslimin dalam menyambut bulan Ramadhan dengan amalan atau ritual tertentu, di antaranya :

1. Apa yang dikenal dengan acara Padusan. Yaitu mandi bersama-sama dengan masih mengenakan busana, terkadang ada yang memimpin di suatu sungai, atau sumber air, atau telaga. Dengan niat mandi besar, dalam rangka membersihkan jiwa dan raga sebelum memasuki bulan suci Ramadhan. Sampai-sampai ada di antara muslimin yang berkeyakinan Kalau sekali saja terlewat dari ritual ini, rasanya ada yang kurang meski sudah menjalankan puasa. Jelas perbuatan ini tidak pernah diajarkan dan tidak pernah diterapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Demikian juga para shahabat, para salafus shalih, dan para ‘ulama yang mulia tidak ada yang mengamalkan atau menganjurkan amaliah tersebut. Sehingga kaum muslimin tidak boleh melakukan ritual ini.

Belum lagi, dalam ritual Padusan ini, banyak terjadi kemungkaran. Ya, jelas-jelas mandi bersama antara laki-laki dan perempuan. Jelas ini merupakan kemungkaran yang sama sekali bukan bagian dari ajaran Islam.

2. Nyekar di kuburan leluhur.

Tak jarang dari kaum muslimin, menjelang Ramadhan tiba datang ke pemakaman. Dalam Islam ada tuntunan ziarah kubur, yang disyari’atkan agar kaum muslimin ingat bahwa dirinya juga akan mati menyusul saudara-saudaranya yang telah meninggal dunia lebih dahulu, sehingga dia pun harus mempersiapkan dirinya dengan iman dan amal shalih. Namun ziarah kubur, yang diistilahkan oleh orang jawa dengan nyekar, yang dikhususkan untuk menyambut Ramadhan tidak ada tuntunannya dalam syari’at Islam. Apalagi mengkhusukan nyekar di kuburan leluhur. Ini adalah perkara baru dalam agama. Tak jarang dalam ziarah kubur tercampur dengan kemungkaran. Yaitu sang peziarah malah berdoa kepada penghuni kubur, meminta-minta pada orang yang sudah mati, atau ngalap berkah dari tanah kuburan! Ini merupakan perbuatan syirik!

3. Minta ma’af kepada sesama menjelang datangnya Ramadhan.

Dengan alasan agar menghadapi bulan Ramadhan dengan hati yang bersih, sudah terhapus beban dosa terhadap sesama. Bahkan di sebagian kalangan diyakini sebagai syarat agar puasanya sempurna.

Tidak diragukan, bahwa meminta ma’af kepada sesama adalah sesuatu yang dituntunkan dalam agama, meningat manusia adalah tempat salah dan lupa. Meminta ma’af di sini umum sifatnya, bahkan setiap saat harus kita lakukan jika kita berbuat salah kepada sesama, tidak terkait dengan waktu atau acara tertentu. Mengkaitkan permintaan ma’af dengan Ramadhan, atau dijadikan termasuk cara untuk menyambut Ramadhan, maka jelas ini membuat hal baru dalam agama. Amaliah ini bukan bagian dari tuntunan syari’at Islam.

Itulah beberapa contoh amalan yang tidak ada tuntunan dalam syari’at yang dijadikan acara dalam menyambut bulan Ramadhan. Sayangnya, amaliah tersebut banyak tersebar di kalangan kaum muslimin.

Semestinya dalam menyambut Ramadhan Mubarak ini kita mempersiapkan iman dan niat ikhlash kita. Hendaknya kita berniat untuk benar-benar mengisi Ramadhan ini dengan meningkatkan ibadah dan amal shalih. Baik puasa itu sendiri, memperbaiki kualitas ibadah shalat kita, berjama’ah di masjid, qiyamul lail (shalat tarawih), tilawatul qur’an, memperbanyak dzikir, shadaqah, dan berbagai amal shalih lainnya.

Tentunya itu semua butuh iman dan niat yang ikhlash, disamping butuh ilmu tentang bagaimana tuntunan Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam melaksanakan berbagai amal shalih tersebut. agar amal kita menjadi amal yang diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Juga perlu adanya kesiapan fisik, agar tubuh kita benar-benar sehat sehingga bisa menjalankan berbagai ibadah dan amal shalih pada bulan Ramadhan dengan lancar.

Puncak dari itu semua adalah semoga puasa dan semua amal ibadah kita pada bulan Ramadhan ini benar-benar bisa mengantarkan kita pada derajat taqwa di sisi Allah ‘Azza wa Jalla.
Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang gagal dalam Ramadhan ini. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
“Berapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak ada yang ia dapatkan dari puasanya kecuali rasa lapar saja. Dan berapa banyak orang menegakkan ibadah malam hari, namun tidak ada yang ia dapatkan kecuali hanya begadang saja.” (HR. Ibu Majah)

Juga beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
“Sesungguhnya Jibril ‘alaihis salam mendatangiku, dia berkata : ‘Barangsiap yang mendapati bulan Ramadhan namun tidak menyebakan dosanya diampuni dia akan masuk neraka dan Allah jauhkan dia. Katakan amin (wahai Muhammad). Maka aku pun berkata : Amin.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ahmad)

Semoga kita termasuk orang yang mendapat keutamaan dan fadhilah dalam bulan Ramadhan ini. Semoga Allah menyatukan hati-hati kita di atas Islam dan Iman. Dan semoga Allah menjadikan bulan Ramadhan ini sebagai jembatan menuju keridhaan Allah ‘Azza wa Jallah dan meraih ketaqwaan kepada-Nya.

Wallähu a’lam bishawab ...

Sumber:islam-house.com




Sabtu, 27 Agustus 2011

Hukum dan Keutamaan Lailatul Qadar

Jamaz al-Jamaz
Terjemah : Syafar Abu Difa
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Allah semata, yang tidak memiliki sekutu, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya.
Salawat dan salam serta berkah senantiasa tercurah kepada Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
Adapun selanjutnya:

Pada kehidupan setiap umat terdapat kejadian yang selalu dikenang, hari-hari baik yang membuat hati tertambat dan jiwa menjadi kelu. Sesungguhnya umat ini telah dimuliakan dengan kejadian-kejadian besar, hari-hari dan malam-malam yang sempurna.

Di antara nikmat yang diberikan Sang Pencipta kepada umat ini adalah malam yang disifati sebagai malam penuh berkah karena banyaknya keberkahan, kebaikan dan keutamaan. Ia adalah malam Lailatul Qodr. Ia memiliki kedudukan yang agung, padanya terdapat kemuliaan dan pahala yang berlebih.

Pada malam itu Allah turunkan al-Quran. Allah subhanahu wata'ala berfirman:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan (Lailatul Qodr), dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan (lailatul Qodr) itu?" (QS.al-Qodar: 1-2)
Firman-Nya pula:
"Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan." (QS. Ad-Dukhân: 3)
Malam ini terdapat pada bulan Ramadhan yang penuh berkah dan bukan pada bulan yang lain. Allah ta'ala berfirman:
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran..." (QS. Al-Baqarah: 185)

Malam ini dinamakan malam Lailatul Qodr karena Allah mengqadar (menentukan) rizki dan ajal, seluruh kejadian alam, menentukan siapa yang hidup dan mati, yang selamat dan yang celaka, yang bahagia dan yang sengsara, yang kaya dan melarat, yang mulia dan yang terhina, musim kemarau dan musim panen serta segala yang Allah inginkan pada tahun itu, kemudian mengabarkannya kepada malaikat untuk merealisasikannya, sebagaimana firman Allah ta'ala:
"Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah." (QS. Ad-Dukhân: 4)

Itu adalah takdir tahunan dan takdir khusus. Adapun takdir umum, lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi telah lebih dulu ditetapkan sebagaimana yang terdapat dalam hadits-hadits sahih.
Allah telah menyitir kemuliaan malam ini dan menunjukkan keagungannya. Allah azzawajalla berfirman:
"Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan (lailatul Qodr) itu? Malam kemuliaan (lailatul Qodr) itu lebih baik dari seribu bulan." (QS.al-Qadr: 2-3)
Siapa yang ibadahnya di waktu itu diterima, menyamai ibadah selama 1000 tahun, setara kurang lebih 83 tahun 4 bulan. Ini adalah pahala yang besar, dan balasan yang agung atas amal yang ringan dan sedikit.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Siapa yang shalat pada malam lailatul Qodr dengan iman dan mengharap pahala, diampuni dosanya yang telah lalu."[HR. Al-Bukhari di dalam sahihnya no. 1901]
Menghidupkan malamnya karena percaya dengan janji pahala dan mengharap balasan, bukan karena hal lain. Penentunya adalah kesungguhan dan ikhlas, sama saja mengetahuinya atau tidak mengetahuinya.

Hendaknya engkau bersungguh-sungguh wahai saudaraku yang mulia untuk shalat dan berdoa pada malam itu. Sesungguhnya ia merupakan malam yang berbeda dari malam lain sepanjang tahun. Manfaatkan waktu sebaik-baiknya, waspadai kelezatan tidur dan kesenangan hidup.

Adapun waktu dan persisnya, terdapat berita dari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam ia adalah malam ke 21, 23, 25, 27, 29 dan akhir malam Ramadhan.
Imam Syafi’i rahimahullah berkata:
"Menurutku –wallahu a’lam- bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam menjawab sesuai dengan apa yang ditanyakan. Ketika ditanyakan kepadanya: 'Apakah kita menantikannya pada malam demikian?' Beliau menjawab: 'Nantikanlah pada malam demikian'." ( Maksudnya: ketika si penanya menyebutkan hari tertentu, Nabi –salallahu alaihi wasalam pun menjawabnya dengan hari yang ditanyakan itu. –pent.)

Ulama berbeda pendapat dalam menentukan malam Lailatul Qodr hingga terdapat 40 pendapat. Hal itu disebutkan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar di dalam kitabnya Fathul Bâri. Pendapat tersebut sebagiannya lemah, sebagian lagi ganjil dan sebagian lagi batil.

Yang sahih dalam hal ini adalah hari-hari ganjil pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, 21, 23, 25, 27 dan 29 sebagaimana hadits Aisyah radiallahu'anha, dia berkata:
“Dahulu Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menantikan Lailatul Qodr pada hari ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Dan bersabda:
"Upayakan malam Lailatul Qodr pada hari ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan."
[HR. Al-Bukhari no. 2017]


Bilamana seseorang lelah dan melemah kesungguhannya, hendaknya mengupayakannya pada tujuh hari ganjil terakhir, 25, 27, 29 sebagaimana hadits Abdullah Ibn Umar radiallahu'anhu bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda:
“Nantikanlah Lailatul Qodr pada sepuluh hari terakhir, jika lemah dan tidak sanggup, jangan terluput 7 hari yang tersisa."[HR Muslim no.2822 dan Ahmad II/44,75]

Dengan perincian ini hadits-hadits tersebut menjadi saling mendukung dan tidak bertentangan. Yang lebih dekat kepada dalil bahwa malam Lailatul Qodr berpindah-pindah, tidak tetap pada satu malam tertentu setiap tahunnya. Sekali waktu terjadi pada malam 21, pada waktu lain 23, 25, 27, 29, dan tidak dapat dipastikan. Pembuat syariat yang Maha Bijaksana telah merahasiakan waktunya agar kita tidak hanya bergantung pada malam tertentu saja dan meninggalkan amal serta ibadah pada sisa malam-malam Ramadhan yang lain. Dengan demikian dihasilkan kesungguhan pada seluruh malam hingga dia mendapatkan malam itu.

Yang benar adalah bahwa tidak disyaratkan mendapatkan malam itu dengan melihat atau mendengar sesuatu. Tidak musti mereka yang mendapatkannya tidak akan mendapat pahala hingga menyaksikan segala sesuatu bersujud, atau melihat cahaya, atau mendengar ucapan salam, atau bisikan dari malaikat. Tidak benar bahwa malam Lailatul Qodr tidak didapat kecuali jika melihat hal-hal di luar kewajaran, akan tetapi keutamaan Allah itu luas.

Tidak benar juga siapa yang tidak mendapatkan tanda-tanda Lailatul Qodr berarti dia tidak mendapatkannya. Nabi -shalallahu alaihi wasallam- tidak membatasi alamatnya dan tidak menafikan karomah.
Ibnu Taimiyah berkata:
“Terkadang Allah memperlihatkan kepada sebagian manusia dalam tidur atau dengan sadar sehingga dia melihat cahayanya, atau mendengar ada yang berbicara kepadanya bahwa malam itu adalah Lailatul Qodar. Terkadang dibukakan hatinya menyaksikan apa-apa yang menjelaskan terjadinya malam itu.”

An-Nawawi berkata:
“Sesungguhnya dia diperlihatkan. Allah telah memperlihatkan kepada siapa saja dari bani Adam dengan kehendak-Nya setiap tahun di bulan Ramadhan, sebagaimana diperlihatkan kejadian-kejadian dan dikhabarkan oleh orang-orang saleh tentangnya. Kesaksian mereka yang telah melihatnya tidak sedikit. Adapun perkataan al-Qodhi Iyadh dari al-Muhlib Ibn Abi Shofroh:
"Tidak mungkin melihatnya secara hakiki"
Merupakan kekeliruan pendapat yang buruk, aku mengingatkan hal ini agar tidak tertipu karenanya."


Al-Hafidz Ibn Hajar menukilkan, bahwa siapa yang melihat malam Lailatul Qodar disukai untuk merahasiakannya dan tidak mengabarkannya kepada seorang pun, hikmahnya bahwa hal itu adalah karomah, dan karomah sepatutnya dirahasiakan tanpa khilaf.

Lailatul Qodr tidak khusus untuk umat ini, akan tetapi umum, untuk umat Muhammad dan umat terdahulu seluruhnya. Dalam hadits Abu Dzar radiallahu'anhu dia bertanya:
"Wahai Rasulullah, apakah malam lailatul qodr terjadi ketika ada nabi, dan jika wafat malam itu diangkat (ditiadakan)?"
"Tidak, bahkan ia terjadi sampai hari kiamat." Jawab Rasulullah shalallahu alaihi wasalam.[HR. Ahmad dan selainnya. Dan haditsnya sahih]


Di antara tanda Lailatul Qodr yang bisa diketahui, sebagaimana hadits Ubay Ibn Ka'ab radiallahu'anhu bahwa Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda:
"Matahari terbit pada pagi malam Lailatul Qodr cahayanya putih tidak terik." [HR. Muslim ]

Maksudnya adalah hal itu terjadi karena banyaknya Malaikat pada malam itu yang turun naik ke langit sehingga cahaya terik matahari tertutupi oleh sayap-sayap dan tubuh mereka." –selesai perkataannya-
Adapun tanda-tanda lain, tidak ada hadits sahih yang menetapkannya, seperti: malam yang tenang, tidak panas dan tidak dingin, bintang tidak terlihat atau setan tidak sanggup keluar dengan terbitnya matahari di hari itu.

Terdapat tanda yang tidak ada dasarnya sama sekali dan tidak sahih, seperti: pohon yang bersujud ke bumi kemudian kembali posisinya semula, air asin akan berubah menjadi manis, anjing tidak menggonggong dan cahaya ada di mana-mana.
Malam Lailatul Qodar tidak khusus bagi mereka yang sedang shalat saja, tetapi juga bagi wanita yang sedang nifas dan haid, musafir dan mukim. Dhohak rahimahullah berkata:
"Mereka semua memiliki bagian pada malam Lailatul Qodr. Siapa saja yang diterima amalannya akan Allah beri dia bagiannya dari malam Lailatul Qodr itu."
Hendaknya seseorang itu menyibukkan kebanyakan waktunya dengan doa dan shalat. Imam Syafi'i rahimahullah berkata:
"Disukai memulai kesungguhannya di siang hari seperti kesungguhannya di malam hari."
Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata:
"Berdoa pada malam hari lebih aku sukai dari shalat, dan doa di malam Lailatul Qodr masyhur dan terkenal di antara para sahabat. Hendaknya engkau bersungguh-sungguh wahai saudara dan saudariku yang mulia untuk memilih doa-doa simpel yang terdapat di dalam al-Quran, yang dahulu Nabi shalallahu alaihi wasalam berdoa dengannya atau menganjurkannya. Perlu kita semua tahu bahwa tidak ada doa khusus pada malam Lailatul Qodr yang tidak dibaca selain ia saja, akan tetapi setiap muslim berdoa dengan yang sesuai keadaannya. Dari doa yang terbaik yang dipanjatkan pada malam yang penuh berkah ini adalah apa yang dikeluarkan oleh an-Nasai dalam kitab Amalul Yaum wal Lailah dari Aisyah radiallahu'anha dia berkata:
"Seandainya aku tahu kapan malam Lailatul Qodr itu, niscaya doa yang banyak aku panjatkan adalah meminta pengampunan dan keafiatan."

Demikianlah setiap muslim berupaya untuk berdoa dengan doa yang jâmiah (simpel) dari doa-doa Nabi shalallahu alaihi wasalam yang terekam dalam banyak situasi dan kondisi, yang khusus maupun umum.
An-Nawawi berkata:
"Disukai memperbanyak doa bagi kepentingan kaum muslimin pada malam itu, dan ini adalah syiar orang-orang saleh, dan hamba-hamba-Nya yang mengetahui."
–selesai perkataannya-
Demikianlah wahai kaum muslimin, sesungguhnya kalian memiliki saudara-saudara yang tertindas di barat dan di timur dari belahan bumi ini, kalian memiliki saudara-saudara yang mengorbankan diri untuk meninggikan kalimat Allah di muka bumi, janganlah bakhil untuk mendoakan mereka.

Wahai Allah, yang telah menciptakan manusia dan menumbuhkannya, yang menciptakan lisan dan memfungsikannya, wahai Zat yang tiada menolak doa, berilah setiap kami apa yang diharapkannya, dan sampaikan mereka kepada negeri abadi. Wahai Allah, ampuni segala kesalahan kami, tutupi segala kesalahan kami, berilah kelonggaran kepada kami pada hari pertanyaan, berilah manfaat seluruh kaum muslimin dari apa yang telah engkau turunkan dari kitab-Mu, wahai Zat yang Maha Penyayang.
Salawat dan salam tercurah kepada Muhammad, keluarga dan seluruh sahabatnya.
___________
Sumber: islam-house.com
Referensi:
1)Arba'un Darsan Liman Adroka Romadhan, oleh Abdul Malik al-Qossam hal.126.
2)Al-Mawahib al-Hissan Fi Wadzoif Shahru Ramadhan, oleh Nashir al-Harbi hal. 203-204.
3)Ithaf Ahlul Iman Bidurûs Shahri Ramadhan, oleh Soleh al-Fauzan hal. 68
4)Durus Ramadhan, oleh Audah hal.87.
5)Syarh as-Sodr Bizikri Lailatil Qodr, oleh al-Irâqi hal. 45.
6)Fathul Bari, oleh Ibnu Hajar IV/319, 333-341.
7)Shifatus Soum Nabi -shalallahu alaihi wasalam- Fi Ramadhan, oleh al-Hilali dan Ali Hasan hal.686-90.
8)Majmu al-Fatawa, oleh Ibnu Taimiyah II/286.
9)Syarh an-Nawawi terhadap kitab Sahih Muslim VI/289 no. 762, VII/314, VIII/312 no.1762, VIII/313
10)Musnad Ahmad XV/547 no.21391.
11)Wadzâif Ramadhan, oleh Ibnu Qôsim hal.62,68-69.
12)Al-Adzkar, oleh an-Nawawi hal.247 no.582.
13)Ithâful Khibroh, oleh Labushiri III/130-131 no. 2369.
14)Mawârid adz-Dzomân Ila Zawaid Ibni Hibbân, oleh Lhaitsami III/131 no. 926.
15)Amalul Yaum wal Lailah, oleh an-Nasai hal.499-500 no.782-878.
16)Al-'Alwân Syarh al-Bulugh (manuskrip).


Kamis, 25 Agustus 2011

Doa Munajat Ramadhan

Segala puji bagi Allah yang membimbing kami untuk selalu memuji-Nya
Segala puji bagi Allah yang telah memuliakan kami dengan Diin-Nya
Mengistimewakan kami dengan agama-Nya
Menuntun kami untuk berjalan di atas jalan-Nya
Dengan anugerah-Nya kami menempuh jalan menuju keridhaan-Nya
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan bulan Ramadhan di antara jalan-jalan menuju Dia

Dia jadikan Ramadhan bulan puasa, bulan Islam, bulan kesucian, bulan ujian, bulan shalat malam, bulan yang diturunkan di dalamnya Al-Quran petunjuk bagi manusia, penjelasan penjelasan petunjuk dan pemisah antara kebenaran dan kebatilan

Dia muliakan bulan ini di atas bulan-bulan lain dengan kemuliaan yang melimpah dan keutamaan yang tercurah
Dia muliakan bulan ini dengan satu malam yang lebih mulia dari malam-malam seribu bulan, dan menamakannya Lailatul-Qadar; Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ruh (Jibril) dengan ijin Tuhannya untuk mengatur segala urusan
Malam itu di penuhi berkah sampai terbit fajar pada siapa yang di kehendaki dari hamba-hamba-Nya dengan ketentuan yang telah di tetapkan

Ya Allah, sampaikanlah shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya, para sahabatnya, para umatnya hingga di akhir jaman…

Karuniakan kepada kami kemampuan untuk menyadari ke utamaannya, mengagungkan kemuliannya Dan menjaga diri dari apa yang kau larang di dalamnya
Bantulah kami untuk melakukan puasa dengan menahan seluruh anggota badan kami dari maksiat kepada-Mu
Dan menggunakan semuanya untuk memperoleh ke ridhaan-Mu; sehingga tidak kami hadapkan pendengaran kami kepada hal yang sia-sia, tidak kami layangkan pandangan kami kepada hal-hal yang mendatangkan dosa, tidak kami ulurkan tangan kami untuk berbuat durhaka, tidak kami langkahkan kaki kami ketempat tempat yang ternoda;
Sehingga perut kami tidak menyimpan selain yang Engkau halalkan, lidah kami tidak berbicara kecuali yang Engkau perintahkan, tubuh kami tidak bergerak kecuali kearah perbuatan yang mendekatkan kami kepada pahala-Mu, dan tidak bertindak selain pada perbuatan yang menjauhkan kami dari azab-Mu.

Ya Allah, bersihkan semua amal itu dari ke inginan di pandang dan di dengar.
Kami tak ingin nmenyekutukan-Mu dengan siapa pun.
Kami tak mencari ke ridhaan siapapun selain ke ridhaan-Mu

Ya Allah, sampaikanlah shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya, para sahabatnya, para umatnya hingga di akhir jaman….

Tuntun kami di bulan Ramadhan untuk menjaga waktu shalat yang lima waktu, dengan ketentuan yang telah kau tentukan.
Jadikan kami orang yang selalu menjaga rukun-rukunnya, dan melakukan pada waktunya, seperti di sunahkan oleh hamba-Mu,Nabi Muhammad SAW,
Dengan kesucian yang sempurna dan kekhusyuan yang paripurna.

Ya Allah, bimbinglah kami di bulan Ramadhan ini untuk menyambung tali persaudaraan kami dengan kebajikan dan ketulusan, untuk berhubungan dengan tetangga kami, dengan kebaikan dan pemberian, untuk membersihkan harta kekayaan kami dari harta yang haram
Untuk menyucikannya dengan membayar zakat,
Untuk mendekati orang yang menjauhi kami,
Untuk menyadarkan orang yang menzalimi kami,
Untuk berdamai dengan orang-orang yang memusuhi kami-selama kami tidak di musuhi karena-Mu dan untuk-Mu.
Untuk mendekati-Mu dibulan ini dengan amal-amal yang suci yang membersihkan kami dari dosa dan menjaga dari perbuatan yang tercela.

Ya Allah, jadikan kami orang yang berhak memperoleh karomah, kemuliaan yang kau janjikan kepada para kekasih-Mu.
Pastikan kepada kami anugerah yang kau berikan kepada orang-orang yang bersunguh-sungguh mentaati-Mu

Ya Allah, sampaikanlah shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya, para sahabatnya, para umatnya hingga di akhir jaman….

Jauhkan kami dari kemusrikan dalam mengesakan-Mu
Dari kekurangan dalam kemuliaan-Mu
Dari kelalaian dalam mengagungkan-Mu
Dan dari ketertipuan oleh musuh-Mu (syetan yang terkutuk)

Ya Allah, sekiranya pada setiap malam Ramadhan ada hamba-Mu yang Engkau selamatkan dengan ampunan-Mu,jadikanlah kami termasuk mereka itu
Hapuskan dosa-dosa kami bersamaan dengan memudarnya cahaya bulan sabit di akhir bulan ini.
Lepaskan aib-aib kami dengan berlalunya hari-hari di bulan ini; sehingga ketika Ramadhan berlalu, telah Kau sucikan kami dari segala kesalahan,
Telah kau bersihkan kami dari segala kejelekan

Ya Allah, penuhi bulan ini dengan kebaktian kepada-Mu,
Bantulah kami siangnya dengan shiyam dan malamnya dengan qiyam(Shalat)
Bersimpuh khusyuk di hadapan kebesaran-Mu
Sehingga siangnya tidak menyaksikan kami dalam kelalaian dan malamnya tidak melihat kami dalam ke alpaan

Ya Allah, jadikanlah kami pada bulan dan hari-hari yang lain seperti keadaan kami di bulan Ramadhan.
Jadikanlah kami masuk dalam golongan
Hamba-hamba-Mu yang mewarisi firdaus yang mereka kekal di dalamnya(Al-Mukminun 10-11)

Dan orang-orang yang telah memberikan apa yang mereka berikan, dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa) mereka sesungguhnya akan kembali kepada Tuhan mereka; mereka yang bersegera untuk mendapatkan kebaikan dan merekalah orang-orang yang bersegera(Al-Mukminun 60-61)

Ya Allah, sampaikanlah shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya, para sahabatnya, para umatnya hingga di akhir jaman pada setiap saat setiap waktu….

Doa Untuk Kedua Orang Tua

Ya Allah, limpahkanlah shalawat serta salam kepada nabi Muhammad SAW, hamba dan Rasul-Mu, beserta keluarganya dan para sahabatnya dengan sebaik-baik shalawat, rahmat, keberkahan dan kebaikan-Mu.

Demikian pula untuk kedua orang tua ku,
Limpahkanlah mereka dengan kemuliaan dan kasih sayang-Mu, sesungguhnya Engkaulah yang maha pengasih diantara yang pengasih
Ya Allah, ilhamkan kepada ku sesempurna pengetahuan tentang segala sesuatu yang wajib aku lakukan bagi kedua orang tua ku, kemudian berikanlah taufik kepada ku agar aku mampu melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.
Dan jadikanlah aku bersikap amat takut kepada keduanya seperti ketakutanku pada hukum kutukan yang amat berat tak terpikul.

Dan menyayangi keduanya seperti kasih sayang seorang ibu yang penyantun
Jadikanlah ketaatan dan kebaktianku kepada mereka lebih nikmat bagiku dari pada nikmatnya tidur lelap mata yang amat mengantuk
Lebih menyejukkan dadaku, melebihi sejuk dari pada air dingin bagi yang dahaga,
Sehingga ku utamakan ke inginan mereka atas keinginanku
Kudahulukan kepuasan mereka dari pada kepuasanku,
Ku perbanyak dalam pandanganku kebaikan mereka meski sebenarnya hanya sedikit;
Dan ku perkecil dalam angan-anganku kebaikanku pada mereka meski sebenarnya banyak.

Ya Allah, rendahkanlah suaraku bagi mereka,
Perindah ucapanku di depan mereka
Dan lembutkan hatiku untuk mereka

Ya Allah, berikan mereka balasan yang sebaik-baiknya atas didikan mereka kepadaku, dan pahala yang besar atas limpahan kasih sayang mereka kepadaku. Peliharalah mereka sebagai mana mereka memeliharaku di masa kecilku

Ya Allah terima dan masukkanlah ibuku-ayahku dalam raudhah di bumi dan raudhah di surga-Mu yang kekal dalam rombongan orang-orang muttaqqin, beserta hamba-hamba-Mu sholihin, su’adaa, syuhada mulia, muqarrabiin, alladziina an’amta ‘alaihim.
Pertemukanlah kami di bawah Array-Mu
Di hari yang tidak ada perlindungan kecuali lindungan-Mu,
Di bawah sejuk Array-Mu di yaumil qiyamah
Bersama saudara seiman, Muslimun wal muslimaat, mukminiin wal mukminaat.

Doa Di Dua Pertiga Malam

Ya Allah, beri aku kelapangan rezki, keamanan negeri, puncak kebahagiaan hidup kekeluargaan, putra-putri dan harta, kesehatan jasmani, kekuatan tubuh, keselamatan dalam agama…..

Ya Allah, demi keperkasaan dan ke agungan-MU
Bila kau tuntut aku lantaran dosa-dosaku,
Akupun akan menuntut ampunan maaf-Mu.
Bila kau tuntut aku karena kelalaianku,
Aku pun menuntut ke dermawanan-Mu.
Dan bila kau masukkan aku ke dalam neraka-Mu,
Niscaya akan ku beri tahu penghuninya tentang cintaku pada-Mu…

Ya Allah, jika yang engkau ampuni hanya wali-wali terkasih dan orang-orang yang taat kepada-Mu
Kemanakah para pendosa mencari tempat perlindungan?
Jika yang engkau muliakan hanyalah orang-orang yang tulus setia kepada-Mu,
Kemanakah orang-orang tergelincir minta pertolongan?
Ya Allah, jika engkau masukkan akau kedalam neraka-Mu,
Niscaya itu akan menggembirakan musuh-musuh-Mu.
Tapi jika kau masukkan aku kedalam surga-Mu,
Tentunya itu akan menggembirakan para nabi-Mu
Dan aku tahu, kegembiraan para nabi-Mu lebih Kau sukai dari pada ke gembiraan musuh-musuh-Mu…

Ya Allah, karuniakan aku kebajikan dalam agama-Mu,
Pemahaman mengenai hukum dan ketetapan-Mu,
Pengertian tentang ilmu-Mu,
Dan sikap hati-hati yang mencegah maksiat kepada-Mu,
Putih sucikan wajahku dan arahkan hasrat, keinginan dan kecenderunganku
Hanya kepada apa yang ada di sisi-Mu…

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan, kegagalan, kegundahan, sikap pengecut, kebatilan, kelengahan, kekejaman, kehinaan, kemiskinan, kealpaan dan segala bala’ serta perbuatan keji, yang tampak maupun yang tersembunyi.
Akupun berlindung kepada-MU dari jiwa yang tak pernah puas, perut yang tak pernah kenyang, hati yang tak pernah khusyu’, doa yang tidak bermanfaat, dan shalat tak di terima…

Ya Allah, telah engkau perintahkan kami dalam kitab-Mu
Agar mengampuni siapa saja yang berbuat aniaya pada kami.
Sedangkan kami telah jelas-jelas telah berbuat aniaya pada diri kami sendiri…
Maka ampunilah kami…ya Allah
Sebab engkau yang lebih utama memberi pengampunan dari pada kami.
Dan Engkau perintahkan kami agar tidak menolak siapa saja yang datang meminta kepada kami.

Padahal kami sendirilah yang paling banyak hajat dan kebutuhannya….
Maka janganlah Engkau kembalikan kami kecuali setelah kau penuhi hajat kami.
Dan Engkau perintahkan kami agar berbuat baik kepada hamba sahaya kami
Karena itu bebaskanlah kami dari azab neraka-Mu
Wahai yang paling pengasih di antara yang paling pengasih….


Rahmati Aku Ya Rabbi

Ya Allah, Engkau telah mencipta aku dalam keadaan yang sempurna,
Dan telah Kau pelihara aku sejak dalam rahim ibunda, masa kecilku hingga dewasaku kini,
Dan telah kau cukupi rizki yang mencukupi kebutuhanku.

Ya Allah, telah kudapati firman-Mu dalam kitab-Mu,
Yang dengannya Kau gembirakan hamba-hamba-Mu:
“Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melewati batas dalam berbuat aniaya atas diri mereka, jangan sekali-kali kamu berputus asa dari rahmat Allah, sungguh Allah mengampuni segala dosa…”
Tetapi telah kulakukan pelanggaran demi pelanggaran yang Engkau lebih mengetahui dari pada diriku sendiri.

Ya Allah, betapa besar kehinaanku di sebabkan dosa-dosa yang tercakup dalam catatan-Mu.
Maka sekiranya bukan karena ampunan-Mu yang meliputi segalanya, niscaya telah kuletakkan tanganku karena putus asa…
Dan sekiranya seseorang dapat melarikan diri dari Tuhannya, niscaya akulah yang akan melarikan diri dari-Mu.
Namun tak ada sesuatupun yang tersembunyi dilangit dan dibumi kecuali pastilah Engkau yang mengetahuinya.
Sunguh Engkau maha mengetahui dan Engkau maha penghitung.

Ya Allah, Engkau pasti mengejarku bila aku melarikan diri,
Engkau pasti menangkapku bila aku pergi,
Maka, inilah diriku di hadapanmu menyerah tanpa syarat,
Hina tiada batas, lemah tiada daya…
Jika kau siksa aku, sungguh aku memang pantas menerimanya.
Itulah perlakuan se adil-adilnya dari-Mu.
Tapi, jika engkau maafkan aku, memang sejak mula pertama ampunan-Mu telah meliputi diriku.
Dan penjagaan-Mu telah melingkari tubuhku.

Maka kini akau mohon dari-Mu ya Allah yang maha pengasih diantara yang paling pengasih, yang maha penyayang diantara yang paling penyayang.
Dengan Asma-Mu yang tersimpan rapi
Dengan kecermelangan-Mu yang tertutup rapat…
Kiranya Engkau berkenan mengasihi jiwa yang amat cemas ini,
Yang tak tahan merasakan panasnya mentari-Mu,
Apalagi panas api neraka-Mu
Yang tak tahan mendengar suara gemuruh-Mu,
Apalagi suara murka-Mu

Maka rahmatilah aku ya Rabb!
Sungguh aku ini manusia hina dina, remeh tiada berharga…
Bila kau siksa juga diriku,
Maka itu tak akan menambah sesuatu-meski hanya sebesar dzarrah dalam khazanah kerajaan-Mu.
Kalaupun sekiranya penyiksaan diriku akan menambah sesuatu dalam kerajaan-Mu, niscaya kan kuminta dari-Mu kesabaran bagi diriku dalam menjalaninya.
Dan niscaya aku akan menyukai hal itu, demi Engkau ya Allah…

Namun kekuasaan-Mu , wahai Tuhanku!
Jauh lebih agung dan kerajaan-Mu jauh lebih lestari,
Sehingga tak mungkin ia bertambah dengan ke taatan orang-orang yang taat
Ataupun berkurang lantaran maksiat orang-orang yang berdosa.
Maka rahmatilah aku ya Allah yang maha pengasih diantara yang paling pengasih, yang maha penyayang diantara yang paling penyayang.
Ampunilah aku ya Rabb yang maha agung lagi maha mulia
Terimalah taubatku, sungguh Engkau maha penerima taubat lagi maha penyayang.

Salah satu Do’a Rasul SAW di riwayatkan oleh Bukhari:

Ya Allah,
Engkaulah Tuhanku tiada Tuhan selain Engkau
Engkau telah mencipta diriku
dan karena itu aku adalah hamba-Mu
(yang) tetap setia kepada perjanjian dengan-Mu
dan janji-Mu untuk ku sejauh kemampuanku
aku berlidung kepada-Mu dari kejahatan apa saja yang kulakukan
aku mengakui segala nikmat yang kau karuniakan kepadaku
aku mengakui segala dosaku terhadap-Mu
maka ampunilah aku karena tiada siapapun yang dapat mengampuni dosa-dosaku kecuali Engkau

salah satu Do’a Rasul SAW yang diriwayatkan oleh Nasa’iy dan Al-Hakim:

Ya Allah, demi pengetahuan-Mu tentang segala yang ghaib, demi kuasa-Mu atas semua makhluk,
hidupkanlah aku selama hidup itu lebih baik bagiku, dan matikanlah aku kalau memang kematian itu lebih baik bagiku.
Aku mohon kepada-Mu perasaan cemas (khasyyah) terhadap-Mu dalam segala hal yang ghaib maupun yang tampak.
Dan aku mohon kepada-Mu pengucapan yang adil dalam ke adaan diriku ridha ataupun marah kebersahajaan dalam ke adaan kaya ataupun miskin, serta kelezatan memandang ke arah wajah-Mu dan kerinduan kepada saat perjumpaan dengan-Mu.
Aku berlindung kepada-Mu dari segala kesulitan yang membawa bencana dan segala fitnah yang membawa kesesatan.
Ya Allah. Hiasilah diri kami dengan hiasan iman, jadikanlah kami orang yang selalu di beri petunjuk(hidayah) dan menerimanya.

(Dikutip dari rubric ‘Halaman Akhir’ Majalah Ummat edisi No. 16; sebagai mana di terjemahkan oleh Fikri Yathir dari Kitab Al-Mishbah)

Selasa, 23 Agustus 2011

Beberapa Kekeliruan Kaum Muslimin Seputar Lailatul Qadar

Posting berikut berhubungan dengan seputar Lailatul Qadar yang bersumber dari Islam-house.com yaitu Beberapa Kekeliaruan Kaum Muslimin Seputar Lailatul Qadar oleh Syaikh Masyhur bin Hasan Salman, Terjemah : Tim Majalah As Sunnah dan Editor: Eko Haryanto Abu Ziyad.

Berikut ini, kami ketengahkan sebuah karya tulis perihal beberapa kesalahan yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin berkaitan dengan Lailatul Qadar. Makalah yang ditulis oleh Syaikh Masyhur bin Hasan, kami terjemahkan dari Al Ashalah, Edisi 3/15 Sya'ban 1413H halaman 76 - 78. Semoga bermanfaat dan sebagai peringatan bagi kami dan segenap kaum muslimin.

Kesalahan-kesalahan dan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa kaum muslimin dalam masalah puasa dan shalat tarawih sangat banyak; baik dalam masalah keyakinan, hukum atau perbuatan.

Sebagian mengira, bahkan meyakini beberapa masalah yang bukan dari Islam, sebagai rukun Islam. Mereka mengambil sesuatu yang rendah (dalam urusan puasa dan lainnya), sebagai pengganti yang lebih baik, karena mengikuti orang- orang Yahudi.
Padahal Nabi telah melarang menyerupai mereka. Bahkan beliau menekankan serta menegaskan, agar (kaum Muslimin) menyelisihi mereka.

Diantara kesalahan ini, ada yang khusus berkaitan dengan lailatul qadar.
Kesalahan ini kami bagi menjadi dua bagian.

1. Salah Dalam Berpandangan Dan Berkeyakinan
Diantara kesalahannya adalah:
1. Keyakinan sebagian orang, bahwa lailatul qadar itu memiliki beberapa tanda yang dapat diraih oleh sebagian orang.
Lalu orang-orang ini merangkai cerita-cerita khurafat dan khayal. Mereka mengaku melihat cahaya dari langit, atau mereka dibukakan pintu langit dan lain sebagainya.

Semoga Allah merahmati Ibnu Hajar, ketika beliau menyebutkan dalam Fathul Bari 4/266, bahwa hikmah disembunyikannya lailatul qadar, ialah agar timbul kesungguh-sungguhan dalam mencarinya. Berbeda jika malam qadar tersebut ditentukan, maka kesungguhan-sungguhan hanya sebatas pada malam tertentu itu.

Kemudian Ibnu Hajar menukil riwayat dari Ath-Thabari, bahwa beliau memilih pendapat (yang menyatakan, pent.), semua tanda itu tidaklah
harus terjadi. Dan diraihnya lailatul qadar itu tidak disyaratkan harus
dengan melihat atau mendengar sesuatu.

Ath Thabari lalu mengatakan, "Dalam hal dirahasiakannya lailatul qadar, terdapat bukti kebohongan orang yang beranggapan, bahwa pada malam itu akan ada hal-hal yang dapat terlihat mata, apa yang tidak dapat terlihat pada seluruh malam yang lain.

Jika pernyataan itu benar, tentu lailatul qadar itu akan tampak bagi setiap orang yang menghidupkan malam-malam selama setahun, utamanya malam-malam Ramadhan."

2. Perkataan sebagian orang, bahwa lailatul qadar itu sudah diangkat (sudah tidak ada lagi, pent).

Al Mutawalli, seorang tokoh madzhab Sya_'i dalam kitab At Tatimmah telah menceritakan, bahwa pernyataan itu berasal dari kaum Rafidhah (Syi'ah).
Sementara Al Fakihani dalam Syarhul Umdah telah menceritakan, bahwasanya berasal dari madzhab Hana_yah. Demikian ini merupakan gambaran rusak dan kesalahan buruk, yang dilandasi oleh pemahaman keliru terhadap sabda Rasulullah ketika ada dua orang yang saling mengutuk pada lailatul qadar, Sesungguhnya lailatul qadar itu sudah terangkat Pendalilan (kesimpulan) ini terbantah dari dua segi.

a) Para ulama mengatakan, yang dimaksud dengan kata "terangkat",
yaitu terangkat dari hatiku, sehingga aku lupa waktu pastinya; karena
sibuk dengan dua orang yang bertengkar ini.
Dikatakan juga (maksud kata terangkat, pent.), yaitu terangkat barakahnya pada tahun itu. Dan maksudnya, bukanlah lailatul qadar
itu diangkat sama sekali.

Hal itu ditunjukkan oleh hadits yang dikeluarkan Imam Abdur Razaq
dalam Mushannaf-nya 4/252, dari Abdullah bin Yahnus, dia berkata,
Aku berkata kepada Abu Hurairah, "Mereka menyangka, bahwa lailatul qadar itu sudah diangkat." Abu Hurairah berkata,"Orang yang mengatakan hal itu telah berbuat bohong."

b) Keumuman hadits yang mengandung dorongan untuk menghidupkan malam qadar dan penjelasan tentang keutamaannya.
Seperti hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan lainnya, Nabi
bersabda, Barangsiapa yang shalat pada lailatul qadar karena iman dan karena mengharapkan pahala, maka dia diampuni dosanya yang
telah lewat.

Imam Nawawi mengatakan, "Ketahuilah, bahwa lailatul qadar itu ada. Dan lailalatul qadar itu terlihat. Dapat dibuktikan oleh siapapun yang dikehendaki dari keturunan Adam, (pada) setiap tahun di bulan Ramadhan, sebagaimana telah jelas melalui hadits-hadits ini, dan melalui berita-berita dari orang shalih tentang lailatul qadar. Pengelihatan orang-orang shalih tersebut tentang lailatul qadar tidak bisa dihitung."

Saya (Syaikh Masyhur) mengatakan:
Ya, kemungkinan diketahuinya lailatul qadar itu ada. Banyak tanda-tanda yang telah diberitahukan oleh Nabi, bahwa lailatul qadar itu, adalah satu malam diantara malam-malam Ramadhan.

Dan mungkin, demikian ini maksud perkataan Aisyah pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, dan beliau menshahihkannya,
Aku katakan, "Wahai Rasulullah, jika aku mengetahui (adanya) malam itu (sebagai) lailatul qadar, apa yang kuucapkan pada malam itu?"
Dalam hadits ini ( sebagaimana dikatakan Imam Syaukani dalam Nailul Authar 3/303.) terdapat bukti, kemungkinan lailatul qadar dapat diketahui dan (juga bukti, pent.) tentang tetap adanya malam itu."

Az Zurqani mengatakan dalam syarah Muwaththa' 2/491, "Barangsiapa yang menyangka, bahwa makna -yang terdapat pada hadits di atas, (yaitu) lailatul qadar sudah diangkat- yakni sudah tidak ada lagi, maka dia keliru. Kalau seandainya benar seperti itu, tentulah kaum muslimin tidak diperintahkan untuk mencarinya. Hal ini dikuatkan oleh kelanjutan hadits tersebut.

dirahasiakannya waktu lailatul qadar itu, menyebabkan orang tertuntut untuk melaksanakan qiyamul lail selama satu bulan penuh. Hal ini berbeda jika pengetahuan tentang waktunya dapat diketahui secara jelas."

Kesimpulannya, lailatul qadar tetap ada sampai hari kiamat. Sekalipun
penentuan tepatnya kejadian tersebut dirahasiakan, dalam arti, tetap tidak dapat menghilangkan kesamaran dan ketidakjelasan tentang waktunya.
Meskipun pendapat yang rajih (terkuat), bahwa lailatul qadar ada pada
sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dan dalil-dalil menguatkan,
bahwasanya dia adalah malam dua puluh tujuh, akan tetapi memastikannya dengan cara yang yakin merupakan perkara sulit. Allahu a 'lam.

2. Kesalahan-kesalahan Dalam Amal Perbuatan Dan Tingkah Laku
Kesalahan-kesalahan yang dilakukan manusia pada lailatul qadar itu hanyak
sekali. Hampir tidak ada yang bisa selamat, kecuali yang dipelihara Allah.
Diantaranya:
1. Mencari dan menyelidiki keberadaannya dan tersibukkan dengan mengintai tanda-tanda lailatul qadar, sehingga lalai beribadah ataupun berbuat taat pada malam itu.

Betapa banyak orang-orang yang shalat, kita lihat diantara mereka
lupa membaca Al Qur'an, dzikr dan lupa mencari ilmu karena
urusan ini. Engkau dapati salah seorang diantara mereka -menjelang
terbitnya matahari memperhatikan matahari untuk mengetahui, apakah sinar matahari ini terik ataukah tidak? Mestinya, orang-orang ini memperhatikan pesan yang terdapat pada sabda Nabi,Semoga (dirahasiakannya waktu lailatul qadar itu, pent.)
menjadi lebih baik bagi kalian. Dalam hadits ini terdapat isyarat, bahwa malam itu tidak ditentukan.

Para ahli ilmu menarik kesimpulan dari sabda Nabi bahwa dirahasiakannya waktu lailatul qadar itu lebih baik. Mereka mengatakan, "Hikmah dalam hal itu, agar seorang hamba bersungguh-sungguh dan memperbanyak amal pada tiap-tiap malam dengan harapan agar bertepatan dengan lailatul qadar. Berbeda jika lailatul qadar itu (telah) ditentukan.

Maka, sungguh amal itu hanya akan diperbanyak (pada) satu malam saja, sehingga ia luput dari beribadah pada malam lainnya, atau berkurang."
Bahkan sebagian ahli ilmu mengambil satu faidah dari sabda Nabi
tersebut, bahwa sebaiknya orang yang mengetahui lailatul qadar itu
menyembunyikannya -berdasarkan dalil- bahwa Allah telah mentaqdirkan kepada NabiNya untuk tidak memberitakan ketepatan waktunya.

Sedangkan semua kebaikan ada pada apa yang telah ditaqdirkan bagi Nabi.
Maka, merupakan sunnah untuk mengikuti beliau dalam hal ini.
Dari uraian di depan, dapat diketahui kekeliruan orang-orang dalam giatnya mereka shalat secara khusus, atau beribadah secara umum pada malam ke dua puluh tujuh, dengan memastikan atau seakan memastikan, bahwa malam itu adalah lailatul qadar, kemudian meninggalkan shalat dan tidak bersungguh-sungguh berbuat taat pada malam-malam lainnya.

Persangkaannya, bahwa mereka hanya akan mendapatkan ganjaran ibadah lebih dari seribu bulan ketika menghidupkan malam ini (malam duapuluh tujuh, pent.) saja.
Kekeliruan ini membuat banyak orang melampaui batas dalam berbuat taat pada malam ini. Anda bisa lihat, diantara mereka ada yang tidak tidur, bahkan tidak henti-hentinya shalat dengan memaksakan diri tanpa tidur.

Bahkan mungkin ada sebagian yang shalat, lalu memperlama shalatnya, sementara dia berjuang keras melawan kantuknya. Dan sungguh, kami pernah melihat diantara mereka ada yang tidur dalam sujud.

Dalam hal ini, satu sisi merupakan pelanggaran terhadap petunjuk
Rasulullah yang melarang kita melakukan hal itu. Pada sisi lainnya, itu
merupakan beban dan belenggu yang telah dihilangkan dari kita –berkat karunia dan nikmatNya.

2. Diantara kesalahan sebagian kaum muslimin pada malam ini, yaitu sibuk
mengatur acara, menyampaikan ceramah.
Sebagian lagi sibuk dengan nasyid-nasyid dan nyanyian puji-pujian, sehingga lalai berbuatan taat.

Anda bisa saksikan, ada orang yang begitu bersemangat, berkeliling ke
masjid-masjid dengan menyampaikan berita terkini, serta bagaimana upaya pemecahannya. Itu dilakukan hingga menyebabkan pemanfaatan malam itu keluar dari apa yang dimaksudkan syari'at.

3. Diantara kekeliaruan mereka juga, yaitu mengkhususkan sebagian ibadah pada malam itu seperti shalat khusus lailatul qadar.
Sebagian lagi senantiasa mengerjakan shalat Tasbih secara berjama'ah
tanpa hujjah. Sebagian lagi -pada malam ini- melaksanakan shalat hifzhul Qur'an, padahal tidak ada dasarnya.

Pelanggaran-pelanggaran dan kekeliruan yang berkaitan dengan lailatul qadar - yang dilakukan banyak kaum muslimin- sangat beragam dan banyak sekali. Kalau kita kumpulkan dan kita selidiki, maka tentu pembicaraan ini menjadi panjang.

Apa yang kami sampaikan disini, baru sebagian kecil saja. (Insya Allah)
bermanfaat bagi penuntut ilmu, pendamba kebenaran dan pencari al haq.

Sumber: islam-house.com
(_Disalin dari majalah As-Sunnah 07/VII/1424H hal 16 - 19.
Redaksi majalah As-Sunnah )





Senin, 22 Agustus 2011

Lailatul Qadar, Keistimewaan Malam Seribu Bulan

Salah satu keistimewaan pada bulan Ramadhan adalah adanya satu malam yang paling di tunggu-tunggu oleh seluruh umat Islam di seluruh belahan dunia yaitu malam Lailatul Qadar. Banyak ayat di dalam Al-Quran yang menerangkan tentang keberkahan malam Lailatul Qadar di mana pada malam ini di turunkannya Al-Quran dan juga pada malam Lailatul Qadar yang penuh keberkanan dan amal ibadah ketika itu mempunyai nilai pahala yang lebih baik dari pada 1000 bulan ( Kira-kira 83 tahun 4 bulan ).

Pada malam tersebut dengan izin Allah, para malaikat dan Jibril dari Sidratul Muntaha akan turun kebumi untuk bertemu dengan orang yang beriktikaf, bersembahyang, bertasbih, bertahmid dan bertakbir memohan kebaikan kepada Allah S.W.T para malaikat akan mengaminkan doa mereka itu.

Lailatul Qadar atau Lailat Al-Qadar atau malam ketetapan adalah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadan, yang dalam Al Qur’an digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dan juga diperingati sebagai malam diturunkannya Al Qur’an. Deskripsi tentang keistimewaan malam ini dapat dijumpai pada Surat Al Qadar, surat ke-97 dalam Al Qur’an.

Ramadhan bulan penuh berkah, ampunan, dan tentunya bulan yang makbul untuk kita memohon kepada Allah. Memasuki 10 hari terakhir Ramadhan sungguh spesial, karena merupakan salah satu hari dimana terdapat malam lailatul qadhar; malam yang penuh berkah, malam yang lebih baik dari seribu bulan
“… malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan ijin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”(QS Al Qadar [97] : 3-5).

Mendapatkan Lailatul Qadar menjadi dambaan insan beriman, karena di dalamnya Allah turunkan rahmat dan keberkahan. Amal-amal ibadah dan shaleh yang dikerjakan di dalamnya, nilainya lebih baik daripada amal-amal tersebut dikerjakan selama seribu bulan yang tidak ada Lailatul Qadar di dalamnya.

Di malam Lailatul Qadar tersebut, para malaikat turun ke bumi. Ada yang mengatakan mereka turun dengan membawa rahmat, keberkahan dan ketentraman bagi manusia. Ada yang berpendapat, mereka turun membawa semua urusan yang ditetapkan dan ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk masa satu tahun. Sebagaimana yang tertera dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul.” (QS. Al-Dukhan: 3-5)

Pada malam itu keamaan dan keselamatan menyatu dalam diri orang-orang beriman, dan mereka mendapatkan salam terus menerus dari para Malaikat. Para ahli ibadah merasakan ketentraman hati, lapangnya dada, dan lezatnya beribadah di malam istimewa itu yang tak pernah di dapatkan pada malam-malam selainnya.

Lailatul Qadar adalah malam yang terbebas dari keburukan dan kerusakan. Pada malam itu pula banyak dilaksanakan ketaatan dan perbuatan baik. Pada malam itu penuh dengan keselamatan dari adzab. Sedangkan syetan tidak bisa menggoda sebagaimana keberhasilannya pada selain malam itu, maka malam itu seluruhnya berisi keselamatan dan kesejahteraan. Firman Allah Ta’ala:ِ
“Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadar: 5)

Menurut Quraish Shihab, kata Qadar (قﺩﺭ) sesuai dengan penggunaannya dalam ayat-ayat Al Qur’an dapat memiliki tiga arti yakni :

1.Penetapan dan pengaturan sehingga Lailat Al-Qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Penggunaan Qadar sebagai ketetapan dapat dijumpai pada surat Ad Dukhan ayat 3-5 : Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada suatu malam, dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan semua urusan yang penah hikmah, yaitu urusan yang besar di sisi Kami
2.Kemuliaan. Malam tersebut adalah malam mulia tiada bandingnya. Ia mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Al-Quran. Penggunaan Qadar yang merujuk pada kemuliaan dapat dijumpai pada surat Al-An’am (6): 91 yang berbicara tentang kaum musyrik: Mereka itu tidak memuliakan Allah dengan kemuliaan yang semestinya, tatkala mereka berkata bahwa Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada masyarakat
3.Sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam surat Al-Qadr. Penggunaan Qadar untuk melambangkan kesempitan dapat dijumpai pada surat Ar-Ra’d ayat 26: Allah melapangkan rezeki yang dikehendaki dan mempersempit (bagi yang dikehendaki-Nya)

Keistimewaan
Dalam Al Qur’an, tepatnya Surat Al Qadar malam ini dikatakan memiliki nilai lebih baik dari seribu, bulan .97:1 Pada malam ini juga dikisahkan Al Qur’an diturunkan, seperti dikisahkan pada surat Ad Dukhan ayat 3-6. 44:3
suatu malam yang dimuliakan oleh Allah melebihi malam-malam lainnya. Di antara kemuliaan malam tersebut adalah Allah mensifatinya dengan malam yang penuh keberkahan. Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi. dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad Dukhan [44] : 3-4).

Malam yang diberkahi dalam ayat ini adalah malam lailatul qadar sebagaimana ditafsirkan pada surat Al Qadar. Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” (QS. Al Qadar [97] : 1)
Keberkahan dan kemuliaan yang dimaksud disebutkan dalam ayat selanjutnya,
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadar [97] : 3-5)

Hikmah Dirahasiakannya Lailatul Qadar
Keberadaan Lailatul Qadar dirahasiakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hikmah yang dikehendaki-Nya. Yaitu (boleh jadi) agar para hamba bersungguh-sungguh beribadah di setiap malam, dengan harapan agar mendapatkan Lailatul Qadar. Bagi siapa yang meyakini bahwa Lailatul Qadar ada pada malam tertentu, maka ia akan menghidupkan malam tersebut dengan ibadah. Dan bagi siapa yang ingin memastikan dirinya mendapatkan malam tersebut, hendaknya ia mencurahkan semua waktunya untuk beribadah kepada-Nya sepanjang bulan Ramadhan sebagai bentuk syukur kepada-Nya dan membenarkan janji-Nya. Insya Allah, inilah hikmah utama dirahasiakannya Lailatul Qadar. Dan inilah yang disyaratkan dalam sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
”Sesungguhnya aku telah keluar untuk memberitahu kepada kalian (kapan Lailatul Qadar itu). Tetapi (di tengah jalan) aku bertemu dengan fulan dan fulan yang sedang bertengkar, sehingga aku terlupa kapan malam itu. Semoga ini lebih baik bagi kalian. Oleh karena itu, carilah malam tersebut pada (malam) kesembilan, ketujuh, dan kelima (dari sepuluh hari terakhir).” (HR. al-Bukhari)

Kedua, “Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir, namun jika ia ditimpa keletihan, maka janganlah ia dikalahkan pada tujuh malam yang tersisa.” (HR. Muslim)

Sumber:dari berbagai sumber

Minggu, 21 Agustus 2011

Mencari Malam 1000 Bulan (Lailatul Qadr)

Alhamdulillah Puja dan puji Syukur kehadirat Allah S.W.T sehingga masih diberikan nikmat sehat serta iman di bulan yang penuh berkah ini dan tidak lupa salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi dan Rasul Muhammad S.A.W beserta keluarganya, para sahabatnya dan umatnya hingga di akhir jaman nanti.

Salah satu keistimewaan bulan Ramadhan adalah adanya satu malam yang lebih baik dari pada 1000 bulan yaitu Lailatul Qadr. Apakah sebenarnya Lailatul Qadar ini? Kapankah datangnya? Apa tanda-tandanya? Mengapa orang mencarinya? Dan apa yang harus dilakukan ketika kita menemuinya?

Tulisan berikut semoga bisa membantu dalam memahami lebih jauh tentang Lailatul Qadar dan bagaimana menyikapinya.

Pengertian Lailatul Qadr
Allah Ta ‘ala berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) saat Lailatul Qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. “ (Al-Qadr: 1-5)

Allah memberitahukan bahwa Dia menurunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang penuh keberkahan. ”Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi.” (Ad-Dukhaan:3) Dan malam itu berada di bulan Ramadhan, sebagaimana firman Allah Ta ‘ala: ”Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al- Qur’an. “ (Al-Baqarah: 185).

Ibnu Abbas -radhiallahu ‘anhu- berkata:
“Allah menurunkan Al-Qur’anul Karim keseluruhannya secara sekaligus dari Lauh Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah (langit pertama) pada malam Lailatul Qadar. Kemudian diturunkan secara berangsurangsur kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sesuai dengan konteks berbagai peristiwa selama 23 tahun.”

Keistimewaannya
Malam itu dinamakan Lailatul Qadar karena keagungan nilainya dan keutamaannya di sisi Allah Ta‘ala. Juga, karena pada saat itu ditentukan ajal, rizki, dan lainnya selama satu tahun, sebagaimana firman Allah: “Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (Ad-Dukhaan: 4)

Kemudian, Allah berfirman mengagungkan kedudukan Lailatul Qadar yang Dia khususkan untuk menurunkan Al-Qur’anul Karim: “Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu?” Selanjutnya Allah menjelaskan nilai keutamaan Lailatul Qadar dengan firman-Nya: “Lailatul Qadar itu lebih baik dari pada seribu bulan.“

Beribadah di malam itu dengan ketaatan, shalat, tilawah, dzikir, do’a dsb sama dengan beribadah selama seribu bulan di waktu-waktu lain. Seribu bulan sama dengan 83 tahun 4 bulan.

Lalu Allah memberitahukan keutamaannya yang lain, juga berkahnya yang melimpah dengan banyaknya malaikat yang turun di malam itu, termasuk Jibril ‘alaihis salam. Mereka turun dengan membawa semua perkara, kebaikan maupun keburukan yang merupakan ketentuan dan takdir Allah. Mereka turun dengan perintah dari Allah. Selanjutnya, Allah menambahkan keutamaan malam tersebut dengan firman-Nya: “Malam itu (penuh) kesejahteraan hingga terbit fajar” (Al- Qadar: 5)

Maksudnya, malam itu adalah malam keselamatan dan kebaikan seluruhnya, tak sedikit pun ada kejelekan di dalamnya, sampai terbit fajar. Di malam itu, para malaikat termasuk malaikat Jibril mengucapkan salam kepada orang-orang beriman.
Dalam satu hadits shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan keutamaan melakukan qiyamul lail di malam tersebut. Beliau bersabda: “Barangsiapa melakukan shalat malam pada saat Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. “ (Hadits Muttafaq ‘Alaih)

Adapun maksud qiyamul lail di dalamnya yaitu menghidupkan malam tersebut dengan shalat tarawih, sholat tahajjud, membaca Al-Qur’anul Karim, dzikir, do’a, istighfar dan taubat kepada Allah Ta ‘ala.

Waktu Terjadinya Lailatul Qadr
Tentang waktunya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari, Muslim) Dan di kesempatan lain beliau bersabda: “Carilah Lailatul Qadar pada (bilangan) ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari, Muslim dan lainnya).

Yang dimaksud dengan malam-malam ganjil yaitu malam dua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh, dan malam dua puluh sembilan.
Lalu kapan tanggal pasti lailatul qadar terjadi? Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah telah menyebutkan empat puluhan pendapat ulama dalam masalah ini.

Namun pendapat yang paling kuat dari berbagai pendapat yang ada sebagaimana dikatakan oleh beliau adalah lailatul qadar itu terjadi pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dan waktunya berpindah-pindah dari tahun ke tahun (Fathul Bari, 4/262-266). Mungkin pada tahun tertentu terjadi pada malam kedua puluh tujuh atau mungkin juga pada tahun yang berikutnya terjadi pada malam kedua puluh lima, itu semua tergantung kehendak dan hikmah Allah Ta’ala. Wallahu a’lam.

Para ulama mengatakan bahwa hikmah Allah menyembunyikan pengetahuan tanggal pasti terjadinya lailatul qadar adalah agar orang bersemangat untuk mencarinya. Hal ini berbeda jika lailatul qadar sudah ditentukan tanggal pastinya, justru nanti malah orang-orang akan bermalas-malasan.

Doa Ketika Menjumpai Lailatul Qadar
”Katakan padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam adalah lailatul qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?” Beliau menjawab,”Katakanlah: ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah)

Tanda-tanda Lailatul Qadar
•Udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan nampak kemerah-merahan.” (HR Al Baihaqi)
•Malaikat turun dengan membawa ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain.
•Manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada sebagian sahabat.
•Matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar [yang menyilaukan]. Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, “Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadlan). Dan tanda-tandanya ialah, pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa sinar yang menyorot.” (HR Muslim)

Bagaimana Menyikapi Lailatul Qadar?
Lailatul qadar adalah malam yang penuh berkah. Barangsiapa yang terluput dari lailatul qadar, maka dia telah terluput dari seluruh kebaikan. Sungguh merugi seseorang yang luput dari malam tersebut. Seharusnya setiap muslim mencamkan baik-baik sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Di bulan Ramadhan ini terdapat lailatul qadar yang lebih baik dari 1000 bulan. Barangsiapa diharamkan dari memperoleh kebaikan di dalamnya, maka dia akan luput dari seluruh kebaikan.” (HR. Ahmad 2/385)

semoga bermanfaat dan semoga kita adalah termasuk orang-orang yang mendapat hidayah dan keberkahan menjumpai malam Lailatul Qadr
Sumber:Blog.al-habib.info

Sabtu, 20 Agustus 2011

KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN

Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi
Terjemah : Muzaffar Sahidu
Editor : Eko Abu Ziyad

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah saw, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Wa Ba’du:

Sesungguhnya Allah yang Maha Pencipta semua makhluk Yang Maha Tinggi telah melebihkan sebagian makhluk atas yang lainnya, dan memuliakan golongan tertentu yang dikehendakinya. Dia telah menciptakan manusia dan memuliakan para nabi dari golongan manusia, Dia telah menciptakan berbagai tempat dan memuliakan mesjid sebagai tempat yang terpilih, dan menciptakan bulan-bulan dan memuliakan Ramadhan dari bulan-bulan tersebut. Allah Ta'ala berfirman:
Dan Tuhanmu menciptakan apa yang dia kehendaki dan memilihnya. sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka[1134]. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia). QS. Al-Qoshsosh: 68

Bulan ini telah dikhususkan oleh Allah dengan beberapa kelebihan, kelebihan yang paling agung dan tinggi adalah Allah menurunkan padanya Al-Qur'an yang agung sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan bagi petunjuk tersebut. Firman Allah Ta'ala:
(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. QS. Al-Baqarah: 185

Sebagaian Ahlul berkata: Allah Ta'ala menggandengkan ayat tersebut dengan (fa) as-sababiyah, fa' yang berfungsi sebagai sebab yang bermakna sebab, untuk menjelaskan bahwa sebab dipilihnya Ramadhan sebagai bulan puasa adalah karena Al-Qur'an diturunkan padanya. Firman Allah Ta'ala:
Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. QS. Al-Qodar: 1

Dan telah diketahui bahwa lailatul qodri itu terjadi pada bulan Ramadhan, maka seharusnya bagi seorang mslim untk memperbanyak membaca Al-Qur'an pada bulan yang penuh berkah ini Dari Ibnu Abbas ra berkata:
"Rasulullah saw adalah orang yang paling dermawan, dan beliau tampak paling dermawan pada bulan Ramadhan pada saat Jibril menemui beliau, Jibril menemui beliau pada setiap malam pada bulan Ramadhan lalu dia mengajarkan kepadanya Al-Qur'an. Dan Sungguh Rasulullah saw lebih dermawan dengan kebaikan/ pemberian dari angin yang berhembus". HR. Bukahri: 6

Di antara keutamaan bulan Ramadhan adalah pintu-pintu suga dibukakan padanya dan pintu-pintu neraka ditutup rapat. Dari Abi Hurairah ra bahwa nabi saw bersabda: "Pada malam permulaan bulan Ramadhan dibelenggulah setan-setan dan jin-jin yang nakal, ditutup rapat-rapat pintu-pintu neraka dan tidak ada satu pintupun yang dibuka serta dibuka pintu-pintu neraka dan tidak ada satu pintupun yang ditutup, dan penyeru datang menyeru: Wahai orang yang menghendaki kebaikan datanglah kemari dan wahai orang yang menghendaki keburukan berhentilah, dan Allah membebaskan orang dari api neraka dan itu terjadi pada setiap malam bulan Ramadhan. HR. Turmudzi: 682

Dan di antara keutamaannya adalah pada bulan Ramadhan terdapat sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. 2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? 3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. QS. Al-Qodar: 1-3

Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda: "Barangsiapa yang bangun untuk beribadah pada saat lailatul qodri karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu". HR. Bukhari: 1901 HR. Muslim: 759

Maksud dari keutamaan ini adalah bahwa amal shaleh dilipat gandakan pada malam hari ini sehingga mencapai lebih baik dari seribu bulan
Di antara kelebihan bulan ini adalah do'a-do'a dikabulkan. Dari Abi Sa'id Al-Khudri ra bahwa Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya Allah membebaskan hambanya dari api neraka pada setiap malam bulan Ramadhan dan bagi setiap muslim pada setiap hari dan malam memiliki do'a yang diterima jika dia berdo'a". Kasfl astar: 962 dan dishahihkan oleh Al-Bani di dalam kitab shahih attargib wat tarhib

Dan di antara keutamaan lain bulan Ramadhan adalah bau mulut orang yang berpuasa lebih harum dari kasturi di sisi Allah. Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda: "Setiap amal anak Adam dilipatgandakan, satu kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepulh kali lipat bahkan tujuh ratus kali lipat. Allah Azza Wa Jalla berfirman: Kecuali puasa maka dia adalah untukku dan Akulah yang akan memberikan balasan baginya, sebab dia meninggalkan syahwat dan makanannya kareana Aku, bagi orang yang berpuasa itu dua kebahagiaan; kebahagiaan pada saat dia berbuka puasa, kebahagiaan pada saat dia bertemu dengan TuhanNya dan sungguh bau mulutnya lebih harum di sisi Allah dari bau kasturi". HR. Bukhari: 1904 dan Muslim: 1151

Di antara keutamaannya adalah bahwa umrah di bulan Ramadhan memiliki keutamaan yang luar biasa. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa sesungguhnya Nabi saw bersabda kepada seorang wanita dari kalangan Anshar yang bernama Ummu Sinan: Apakah yang menyebabkan kamu tidak berhaji bersama kita, wanita itu menjawab: Aku tidak bisa ikut menunaikan haji karena adanya kebun yang dimiliki oleh Abi fulan, yaitu suaminya. Di mana suamiku berhaji bersama salah seorang putranya dengan biaya dari kebun tersebut, sementara yang lain diurus oleh anak kami. Maka Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya berumrah pada bulan Ramadhan sama dengan haji atau berhaji bersamaku". HR. Bukhari: 1782 Muslim: 1256

Di antara kelebihan bulan Ramadhan adalah dosa-dosa dan kesalahan dihapuskan. Diriwayatkan dari Malik bin Al-Hasan bin Malik bin Al-Huwarits dari bapaknya dari kakeknya berkata: Rasulullah saw menaiki mimbar pada saat menapaki satu tangga beliau berkata: Aamiin, kemudian bersabda: "Aku telah didatangi oleh Jibril dan berkata kepadaku: Wahai Muhammad!, barangsiapa yang telah mendapatkan Ramadhan namun dia tidak diampuni maka Allah menjauhkan dirinya dari rahmatNya, maka aku menjawab: Aamiin. Lalu beliau melanjutkan: Barangsiapa yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya masih hidup bersamanya, namun dia masuk neraka maka semoga Allah menjauhkannya dari rahmatNya, maka aku mengatakan: Aamiin. Lalu beliau melanjutkan: Dan barangsiapa yang mendengar namaku disebut di sisinya namun dia tidak mengucapkan shalawat atasku maka semoga Allah menjauhkannya dari rahmatNya, katakanlah: aamiin, maka akupun mengatakan" aamiin. HR. Ibnu Hibban: 409

Dari Abi Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang bangun untuk beribadah pada saat lailatul qodri karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu".

Dari Abi Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang bangun untuk beribadah pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. HR. Bukhari: 2009

Dan makna "imanan wah tisaban" pada hadits yang telah lalu adalah meyakini kewajiban berpuasa dan mengharap pahalanya, jiwanya tenang dengan berpuasa, tidak benci menjalankan kewajiban berpuasa dan tidak merasa berat untuk beribadah padanya, sebagian orang berpuasa dan menjalankan ibadah di malam bulan Ramadhan karena dia melihat orang lain mengerjakan hal yang sama, maka hal ini adalah salah maka tidak akan didapatkan pahala yang besar ini kecuali dengan rasa ikhlas dan mengharap pahala dan balasan dari Allah.

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad dan kepada seluruh keluarga dan shahabatya.

Sumber: islamhouse.com

Satu Rahasia Besar Di balik Puasa Ramadhan

Dalam keadaan normal tubuh kita mendapatkan energi dan nutrisi dari luar tubuh melalui makanan, minuman dan radiasi. Ketika kita puasa disiang hari, dimana tidak ada asupan makan, aktifitas dan gerak kita akan membakar energi hingga habis.

Pertama-tama energi akan diperoleh dari glucosa hasil makan (sahur), setelah habis, energi diperoleh dari glicogen dalam darah. Bila kandungan glicogen berkurang, otak menyatakan lapar lalu menyuruh kita makan. Bila kita sedang berpuasa otak akan otomatis menghidupkan PROGRAM AUTOLISIS.

Semua makhluk hidup di bumi dibekali dengan sistem (fithrah) autolisis yang khas:
- Pohon berpuasa dengan menggugurkan daun
- Rumput dan biji berpuasa dengan berhenti tumbuh (dorman)
- Beruang berpuasa selama musim dingin
- Buaya berpuasa (aestivasi) selama musim panas
- Ikan paus dan burung berpuasa ketika bermigrasi
- Ikan salmon, pinguin, berpuasa ketika musim kawin
- Kuda, kucing, berpuasa ketika terserang penyakit hingga sembuh

Ketika autolisis diaktifkan, maka ia segera beraksi. Autolisis akan mencari database rancangan dasar (fithrah) manusia. Secara keseluruhan ada sekitar 50 trilyun sel penyusun tubuh yang terdiri dari sekitar 200 jenis sel. Berbekal data detail setiap sel autolisis menjelajah seluruh tubuh.

Autolisis mengerti bagaimana seharusnya kondisi sehat dari setiap jenis sel, dibagian tubuh mana seharusnya sel itu berada, dan berapa banyak jumlah dari tiap jenis sel yang ideal bagi tubuh.

Ia akan menghampiri sel-sel liar yang tidak terdapat dalam daftar fithrah, mengubah asam amino dan gula. Bila sel-sel liar habis, ia akan mendatangi timbunan lemak dalam tubuh dan membakar (oksidasi lemak) menjadi keton.

Dengan demikian Autolisis akan menghilangkan sel-sel rusak, sel sel mati, BENJOLAN hingga TUMOR serta timbunan lemak yang sering menjadi sarang zat beracun (baca:penyakit).

Sel-sel liar dan lemak yang telah dihancurkan akan dibawa ke Hati. Saat kita puasa, hati tidak disibukkan oleh hasil serapan dari Usus. Oleh karena itu hati akan bekerja penuh menyaring RACUN-RACUN hasil AUTOLISIS. Selanjutnya RACUN akan dibuang keluar tubuh. Disinilah proses DETOKSIFIKASI (pengeluaran racun/penyakit) terjadi.

Ketika berpuasa darah juga akan dipenuhi energi dan nutrisi yang sehat dan berkualitas tinggi, sehingga penggantian sel mati, perbaikan sel rusak, dan pembentukan sel baru, terjadi dengan kualitas prima. Tubuh kita segera memiliki sel- sel baru dengan kualitas fithrah, sehat dan berfungsi baik kembali.

Ketika kita berpuasa, energi yang dihemat dari sistem pencernaan, akan digunakan untuk aktifitas sistem kekebalan tubuh dan proses berpikir oleh otak. Oleh karena itu dengan puasa penyakit lebih mudah disembuhkan dan kita lebih mudah menerima pelajaran maupun saat berpikir.

Namun dibalik semua itu, rahasia kemampuan autolisis terletak pada NIAT. Autolisis hanya akan aktif bila kadar glicogen darah berkurang dan otak menyimpulkan kita lapar dan harus makan namun kita berniat tidak makan alias BERPUASA. Autolisis tidak akan terjadi ketika tidak niat berpuasa. Inilah salah satu RAHASIA besar berpuasa...

Secara sederhana autolisis adalah sistem automatisasi dalam tubuh yang memformat ulang kondisi tubuh ke kondisi ideal.

Jika kita perhatikan uraian diatas, maka amat mengena sekali sabda Rasulullah SAW : Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mewajibkan puasa Romadhan dan aku telah mensunnahkan menegakkan shalatnya (terawih), maka barangsiapa berpuasa dan menegakkannya mengharapkan ridho Allah SWT maka keluar dari dosa-dosanya seperti hari ibunya melahirkannya. (HR. Imam Ahmad, Nasai , Ibnu Majh).

Mengapa Puasa Dibatasi Subuh sampai Maghrib?
Produksi Enzim oksidasi asam lemak dalam tubuh terbatas dan akan habis bila kita berpuasa 16 jam. Bila kita memaksakan diri berpuasa maka kadar asam lemak dalam darah meningkat sehingga menyebabkan otak kita membengkak, pusing bahkan bisa menyebabkan koma. Oleh karena itu makan sahurlah mendekati imsyak dan segeralah berbuka waktu masuk waktu maghrib. Jadi kurang lebih kita berpuasa 13 - 14 jam. Subhanallah, 1400 tahun lalu Rosulullah pernah mengajarkannya pada kita.

“Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka dan melambatkan sahur.” (HR. Ahmad)

Sungguh..... Allah tidak butuh apa-apa dari makhluk, tetapi Allah memberi petunjuk pada Makhluk agar kehidupan makhluk penuh dengan NIKMAT.
Sumber:situlakalaka.blogspot.com

Jumat, 19 Agustus 2011

Mutiara Kata V

Mutiara kata kali ini adalah mutiara kata yang berasal dari Bapak Proklamator dan Presiden Indonesia Pertama Soekarno yang di kutip dari beberapa pidato Beliau

“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda yang mau berfikir, niscaya akan kuguncangkan dunia”.


“Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya”. (Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno).

“Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang Presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan di atas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.”

“Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”.

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961).

“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”

“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno).

“……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……” (Bung Karno).

“Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali “. (Pidato HUT Proklamasi, 1949 Soekarno).

“Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita belum selesai! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.” (Pidato HUT Proklamasi, 1950 Bung Karno).

“Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu : “Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim”. ”Tuhan tidak merubah nasib sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merubah nasibnya” (Pidato HUT Proklamasi, 1964 Bung Karno).

“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.” (Pidato HUT Proklamasi 1966, Soekarno).

“Apakah Kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong” (Pidato HUT Proklamasi, 1966 Bung Karno).

“Aku Lebih suka lukisan Samudra yang bergelombangnya memukul, mengebu-gebu, dari pada lukisan sawah yang adem ayem tentrem, “Kadyo siniram wayu sewindu lawase” (Pidato HUT Proklamasi 1964 Bung Karno).

“Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali.” ( Sarinah, hlm 17/18 Bung Karno)

sumber:www.beritaunik.info